twitter
rss

Kita mungkin sudah sering mendengar kata penelitian, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris : Research. Bagi sebagian mahasiswa, terutama mereka yang mengambil program sarjana, penelitian merupakan kegiatan puncak dari studi. Para mahasiswa dituntut untuk mengembangkan wawasannya dengan cara melakukan pencarian atau eksplorasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajiannya. Untuk melakukan kegiatan tersebut ada seperangkat aturan dan langkah-langkah yang harus diikuti yang biasa sebut metode penelitian.

Bertitik tolak dari pengertian di atas, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian juga yang biasa dikerjakan oleh seorang Guru, salah satunya adalah Guru SD yang mempunyai berbagai aturan dan langkah-langkah yang harus diikuti. Penelitian Tindakan Kelas merupakan terjemahan dari
Classroom Action Research, yaitu satu Action Research yang dilakukan di kelas.

Makna Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari
segi semantik (arti kata) Action Research diterjemahkan menjadi penelitian tindakan yang oleh Carr dan Kemmis (McNiff, 1991, p.2) didefinisikan sebagai berikut :

"Action research is a form of self-reflective enquiry undertaken by participants (Teachers, students or principals, for example) in social (including educational) situations in order to improve the rationality and justice of (1) their own social or educational pratices, (2) their understanding of these practices, and (3) the situations (and institutioans) in which the practices are carried out"
yang jika kita cermati seksama ada sejumlah ide pokok antara lain :

  1. Penelitian tindakan adalah satu bentuk inquiri atau penyelidikan yang dilakukan melalui refleksi diri.
  2. Penelitian tindakan dilakukan oleh peserta yang terlibat dalam situasi yang diteliti, seperti Guru, siswa atau Kepala sekolah.
  3. Penelitian tindakan dilakukan dalam situasi sosial, termasuk situasi pendidikan.
  4. Tujuan penelitian tindakan adalah memperbaiki : dasar pemikiran dan kepantasan dari praktik-praktik, pemahaman terhadap praktik tersbut, serta situasi atau lembaga tempat praktik tersebut dilaksanakan.
Mills (2000) mendefinisikan penelitian tindakan sebagai "systematic inquiry" yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya. Informasi ini digunakan untuk meningkatkan persepsi serta mengembangkan "reflective practice" yang berdampak positif dalam praktik persekolahan, termasuk memperbaiki hasil belajar siswa. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru, dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untukmemperbaiki kinerjannya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat lebih baik dari sebelumnya. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat bermanfaat bagi guru, pembelajaran siswa, serta bagi sekolah.
Manfaat PTK bagi guru adalah :
  1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran.
  2. Membantu guru berkembang secara profesional.
  3. Meningkatkan rasa percaya diri seorang Guru.
  4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan.
Manfaat PTK bagi pembelajaran siswa yaitu untuk meningkatkan proses/hasil belajar siswa, disamping guru melaksanakan PTK, guru dapat menjadi model/contoh para siswa dalam bersikap kritis terhadap hasil belajarnya.
Manfaat PTK bagi sekolah yaitu untuk membantu sekolah untuk berkembang karena adanya peningkatan/kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
Disamping manfaat, PTK mempunyai keterbatasan, yaitu validitasnya yang sering masih dipertanyakan, serta tidak mungkin melakukan generalisasi karena sampelnya hanya kelas dari guru yang berperan sebagai pengajar dan peneliti. PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik dan melembaga. Kondisi tersebut antara lain dukungan dari semua personil di sekolah, iklim yang terbuka yang memberikan kebebasan kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi, berkolaborasi, dan saling percaya antara guru dan siswa.

Setelah memahami pengertian dan karakteristik PTK pada tulisan sebelumnya tentu kita akan bertanya:”Apa sebenarnya tujuan melakukan penelitian tindakan kelas?” Apabila kita mengacu pada pembahasan sebelumnya mengenai pengertian dan karakteristik PTK maka tujuan paling inti dari penelitian tindakan kelas adalah untuk peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran.
Menurut Mohammad Asrori (2007:13) tujuan PTK ini dapat dicapai dengan cara melakukan berbagai tindakan untuk memecahkan berbagai permasalahan pembelajaran yang selama ini dihadapi, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Oleh karena itu fokus utama penelitian tindakan kelas adalah terletak kepada tindakan-tindakan alternatif yang dirancang oleh guru kemudian di cobakan, dan dievaluasi untuk mengetahui efektivitas tindakan-tindakan alternatif itu dalam memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru.
 Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta yang juga tercapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh guru selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan.
Dalam konteks pengalaman latihan guru ini Borg (1996) menegaskan bahwa tujuan utama penelitian tindakan adalah pengembangan keterampilan guru berdasarkan persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelasnya sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Dalam konteks tujuan penelitian tindakan kelas ini ada beberapa pendapat yang penulis kutip dari bebagai sumber yaitu sebagai berikut ini: 
1.      Suhadjono (2007:61) mengatakan bahwa tujuan penelitian tindakan kelas itu adalah : 
  •  Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran disekolah
  • Membantu guru dan tenaga kekependidikan lainnya mengatasai masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam kelas.
  • Meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan
  • Menumbuh-kembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjuta (sustainable)
2.    Menurut I Wayan Santyasa (2007) tujuan PTK dapat digolongkan atas dua jenis, tujuan utama dan tujuan sertaan. Tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut.
  • Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan professional Guru dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi. 
  • Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2) proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3) produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh lingkungan. 
  • Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.
3.     Menurut Kasihani, (1999) tujuan Penelitian tindakan kelas adalah :
  • Meningkatkan dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru, mengingat masyarakat kita berkembang begitu cepat. Hal ini akan berakibat terhadap meningkatnya tuntutan layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh guru. PTK merupakan cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan tersebut. 
  • Meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan atau perbaikan praktek pembelajaran di kelas hanya tujuan antara, sedangkan tujuan akhir adalah peningkatan mutu pendidikan. Misal, terjadi peningkatan motivasi siswa dalam belajar, meningkatnya sikap positif siswa terhadap mata pelajaran, bertambahnya keterampilan yang dikuasai, adalah merupakan beberapa contoh dari tujuan antara sebagai hasil jangka pendek dari peningkatan praktek pembelajaran di kelas. Sasaran akhirnya adalah meningkatnya mutu pendidikan. 
  • Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif untuk memperbaiki pembelajaran, berdasar pada persoalan-persoalan pembelajaran yang dihadapi guru di kelas.
4.   Menurut Ditjen PMPTK (2010:7) Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang akan dilakukan. PTK juga bertujuan untuk meningkatkan kegiatan nyata guru dalam pengembangan profesinya. Tujuan khusus PTK adalah untuk mengatasi berbagai persoalan nyata guna memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Secara lebih rinci tujuan PTK antara lain:
  • Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
  • Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas. 
  •  Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan. 
  • Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan/pembelajaran secara berkelanjutan.
Mengacu pada tujuan penelitian tindakan kelas diatas maka Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
a.   Peningkatan atau perbaikan kinerja siswa di sekolah.
b.  Peningkatan atau perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas.
c.  Peningkatan atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainya.
d. Peningkatan atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e. Peningkatan atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f. Peningkatan dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa (Mohammad Asrori, 2007:14)
        Beberapa alasan mengapa guru dipandang tepat untuk melakukan penelitian tindakan kelas adalah : 
  1. Guru adalah orang yang paling dekat dan paling akrab dengan kelas. Paling karab karena gurulah yang setiap hari melaksanakan proses pembelajaran di kelas
  2. Guru memiliki otonomi untuk menilai kinerjanya sendiri. 
  3. Interaksi guru dan siswa berlangsung secara unik. Dikatakan unik karena ketika siswa berinteraksi dengan guru tidak akan sama dengan ketika siswa berinteraksi dengan personal sekolah lainnya.
  4. Temuan-temuan penelitian  yang bukan penelitian tindakan kelas tidak jarang sulit bisa langsung diterapkan untuk proses perbaikan pembelajaran. Kadang-kadang temuan penelitian itu terlalu teoritik atau terlalu rumit sehingga guru harus belajar terlebih dahulu atau dilatih terlebih dahulu untuk bisa menerapkan dalam proses pembelajaran di kelas. 
  5. Keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan inovatif yang bersifat pengembangan mempersyaratkan guru untuk mampu melakukan penelitian tindakan kelas.
Sumber :
  1. Mohommad Ashori (2007), Penelitian Tindakan Kelas, Bandung : CV Wacana Prima. 
  2. Suyanto. 1997. Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pengenalan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Dirjen Dikti 
  3.  Borg, W.R. Gall,M.D(1997). Education Research. New York : Longman. 
  4.  Suhardjono (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara
  5. Kasbolah, Kasihani. (1991). Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.
  6. I Wayan Santyasa (2007). Makalah : Metodologi Penelitian Tindakan Kelas. Disajikan dalam Workshop tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi Para Guru SMP 2 dan 5 Nusa Penida Klungkung, pada tanggal 30 Nopember s.d 1 Desember 2007 di Nusa Penida. Singajara: UP. Ganesha.
  7. Ditjen PMPTK.(2010).Membimbing Guru Dalam Penelitian Tindakan Kelas Materi Pelatihan Penguatan  Pengawas Sekolah. Jakarta : Kemendiknas.


Model pembelajaran berbasis PAIKEM dewasa ini mengalami Perkembangan yang cukup pesat. Selain karena faktor dorongan dari pemerintah (program sertivikasi), faktor internal terutama yang berasal dari siswa itu sendiri ikut menjadi pemicu bagi para Guru untuk lebih mengembangkan kompetensinya terutama dalam hal variasi model pembelajaran.
Sebagai media partner dunia pendidikan zonainfosemua.com berusaha menyajikan beberapa contoh model pembelajaran PAIKEM terkini seperti Example non Example, Talking Stick dan Think Pair Share. Dan pada kesempatan kali ini untuk menanggapi permintaan beberapa pembaca maka kami akan membahas tentang model pembelajaran PAIKEM terbaru yaitu “Course Review Horey”.
Model pembejaran Course Review Horey merupakan model pembelajaran yang berbasis PAIKEM dengan mengutamakan konsep rekreasi dan hiburan di dalamnya. Model pembelajaran Course Review Horey  sangat tepat digunakan terutama ketika materi pelajaran yang diberikan ke siswa memiliki tingkat kesulitan yang tinggi. Dengan menggunakan metode Course Review Horey maka siswa akan merasa lebih mudah memahami pelajaran sekaligus dapat melakukan evaluasi pembelajaran bersama-sama.
Langkah – langkah yang perlu dilakukan oleh Guru dalam menerapkan model pembelajaran Course Review Horey antara lain :
1.       Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2.       Guru mendemonstrasikan materi / menyajikan materi
3.       Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
4.       Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok
5.       Masing-masing kelompok harus memiliki yel-yel yang berbeda dengan kelompok lain
6.       Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak sesuai dengan jumlah kelompok yang ada, dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing.
7.       Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan. Kalau benar diisi tanda benar () dan salah diisi tanda silang (X)
8.       Siswa yang mendapat tanda () maka kelompok siswa tersebut bersama-sama menyanyikan yel-yel.
9.       Kelompok Siswa yang paling sering menyanyikan yel-yel berarti kelompok itulah pemenangnya.

Media pembelajaran merupakan faktor yang  penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran.
Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

Untuk itu dalam penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran agar lebih terarah dan tercapai tujuan  media pembelaaran itu.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran yang dimaksud yaitu:

  1. Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua tujuan. Suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak cocok untuk pembelajaran yang lain.
  2. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen lain dalam perancangan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media itu tidak akan terjadi.
  3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar peserta didik. Kemudahan belajar peserta didik haruslah dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.
  4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang berlangsung.
  5. Pemilihan media hendaknya objektif, yaitu didasarkan  pada tujuan pembelajaran, tidak didasarkan pada kesenangan pribadi tenaga pengajar.
  6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan peserta didik. Penggunaan multi media tidak berarti menggunakan media yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.
  7. Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya saja. Media yang konkrit ujudnya, mungkin sukar untuk dipahami karena rumitnya, tetapi media yang abstrk dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
Dengan mengetahui berbagai prinsip pemilihan media pembelajaran diharapan akan memberi kontribusi terhadap efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Pada intinya bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan manfaat sangat besar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran.
Betapapun baiknya media pembelajaran yang telah dipilih, bila tidak digunakan dengan baik tentunya tidak banyak manfaatnya, bagaimana menurut anda?

1.  Media Pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan supaya tidak terlalu verbalitas (dalam bentuk kata-kata tertulis atau hanya kata lisan)
2.  Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya;
  • objek yang terlalu besar – bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.
  • objek yang kecil – dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.
  • gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography.
  • kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, atau foto.
  • objek yang terlalu kompleks, dapat disajikan dengan model, diagram atau melalui program komputer animasi.
  • konsep yang terlalu luas (gempa bumi, gunung beapi, iklim, planet dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar dan lain-lain.
3.  Dengan menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk;
  • menimbulkan motivasi belajar
  • memungkinkan interaksi langsung antara anak didik dengan lingkungan secara seperti senyatanya.
  • memungkinkan peserta didik belajar mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
4. Dengan latar belakang dan pengalaman yang berbeda diantara peserta didik, sementara kurikulum dan materi pelajaran di tentukan sama untuk semua peserta didik.hal ini dapat diatasi dengan media pendidikan yaitu;
  • memberikan perangsang yang sama
  • mempersamakan pengalaman
  • menimbulkan persepsi yang sama
Sementara itu Abu Bakar Muhammad, berpendapat bahwa kegunan alat/ media pembelajaran itu antara lain adalah 1) mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit, 2) mampu mempermuda pemahaman dan menjadikan pelajaran lebih hidup dan menarik, 3) merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajarai sesuatu, 4) membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat, memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran serta, 5) menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam indera, melatihnya, memperluas perasaan dan kecepatan dalam belajar.
Dengan demikian, apabila pembelajaran memanfaatkan lingkungan sebagai  alat/ media pembelajaran dalam proses belajar mengajar maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang didapatkan, sehingga besar kemunkinan dengan memperhatikan alat/ media pengajaran itu tujuan pembelajaran akan tercapai dengan efektif dan efisien. Variasi dalam pembelajaran dengan menjadikan lingkungan sebagai media belajar menyenangakan akan mendukung pelajaran yang tidak membosankan bahkan menjadikan belajar semakin efektif.

Pada hakikatnya bukan media pembelajaran itu sendiri yang  menentukan hasil  belajar. Ternyata keberhasilan menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan pesan, dan (3) karakteristik penerima pesan. Dengan demikian dalam memilih dan menggunakan media, perlu diperhatikan  ketiga faktor tersebut. Apabila ketiga faktor tersebut mampu disampaikan dalam media pembelajaran tentunya akan memberikan hasil yang maksimal.

Tujuan menggunakan media pembelajaran :

Ada beberapa tujuan menggunakan media pembelajaran, diantaranya yaitu :
-          mempermudah proses belajar-mengajar
-          meningkatkan efisiensi belajar-mengajar
-          menjaga relevansi dengan tujuan belajar
-          membantu konsentrasi mahasiswa
-          Menurut Gagne : Komponen sumber belajar yang dapat merangsang siswa untuk belajar
-          Menurut Briggs : Wahana fisik yang mengandung materi instruksional
-          Menurut Schramm : Teknologi pembawa informasi atau pesan instruksional
-          Menurut Y. Miarso : Segala sesuatu yang dapat merangsang proses belajar siswa
Tidak diragukan lagi bahwa semua media itu perlu dalam pembelajaran. Kalau sampai hari ini masih ada guru yang belum menggunakan media, itu hanya perlu satu hal yaitu perubahan sikap. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Dengan perkataan lain, media yang terbaik adalah media yang ada. Terserah kepada guru bagaimana ia dapat mengembangkannya secara tepat  dilihat dari isi, penjelasan pesan dan karakteristik siswa untuk menentukan media pembelajaran tersebut.

Urgensi Media Pembelajaran
Dalam belajar mengajar hal yang terpenting adalah proses, karena proses inilah yang menentukan tujuan belajar akan tercapai atau tidak tercapai. Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut baik yang menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Dalam proses belajar mengajar ada banyak faktor yang mempengaruhi tercapainaya tujuan pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, lingkungan, metode/teknik serta media pembelajaran. Pada kenyataannnya, apa yang terjadi dalam pembelajaran seringkali terjadi proses pengajaran berjalan dan berlangsung tidak efektif. Banyak waktu, tenaga dan biaya yang terbuang sia-sia sedangkan tujuan belajar tidak dapat tercapai bahkan terjadi noises dalam komunikasi antara pengajar dan pelajar. Hal tersebut diatas masih sering dijumpai pada proses pembelajaran selama ini.
Dengan adanya media pembelajaran maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai media pembelajaran. Dengan tersedianya media pembelajaran, guru pendidik dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan dipakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara peserta didik. Bahkan alat/media pembelajaran ini selanjutnya dapat membantu guru membawa dunia luar ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh peserta didik. Bila alat/media pembelajaran ini dapat di fungsikan secara tepat dan proforsional, maka proses pembelajaran akan dapat berjalan efektif.


 

Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bentuk jamakkata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Gagne (2006: 14) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Istilah media dalam bidang pembelajaran disebut juga media pembelajaran. 
Dalam proses pembelajaran, alat bantu atau media tidak hanya dapat memperlancar proses komunikasi akan tetapi dapat merangsang siswa untuk merespon dengan baik segala pesan yang disampaikan. Penggunaan media pembelajaran selain dapat memberi rangsangan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar, media pembelajaran juga memiliki peranan penting dalam menunjang kualitas proses belajar mengajar. 

Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Yusufhadi Miarso (2004:458): Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Pemilihan media pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses belajar siswa, hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 2) tentang pemanfaatan media pengajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut: Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam pelajaran. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. 

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien. Pada proses belajar mengajar guru harus mempunyai keahlian dalam menggunakan berbagai macam media pembelajaran, terutama media yang digunakan dalam proses mengajarnya, sehingga materi ataupun pesan yang disampaikan akan tersalurkan dengan baik pula.

Sumber Media Guru
Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran merupakan bagian yang sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran. Secara keseluruhan menurut, McKnow ( Sihkabuden, 2005:19 ) media terdiri dari fungsi yaitu Mengubah titik berat pendidikan formal, yang artinya dengan media pembelajaran yang sebelumnya abstrak menjadi kongkret, pembelajaran yang sebelumnya teoritis menjadi fungsional praktis. Membangkitkan motivasi belajar Memperjelas penyajian pesan dan informasi.
Memberikan stimulasi belajar atau keinginan untuk mencari tahu. Fungsi media, khususnya media visual juga dikemukakan oleh Levie dan Lentz, seperti yang dikutip oleh Arsyad (2002) bahwa media tersebut memiliki empat fungsi yaitu: fungsi atensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi kompensatoris. 
Dalam fungsi atensi, media visual dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. cd interaktif Fungsi afektif dari media visual dapat diamati dari tingkat “kenikmatan” siswa ketika belajar (membaca) teks bergambar. Dalam hal ini gambar atau simbul visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Berdasarkan temuan-temuan penelitian diungkapkan bahwa fungsi kognitif media visual melalui gambar atau lambang visual dapat mempercepat pencapaian tujuan pembelajaran untuk memahami dan mengingat pesan/informasi yang terkandung dalam gambar atau lambang visual tersebut.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran adalah memberikan konteks kepada siswa yang kemampuannya lemah dalam mengorganisasikan dan mengingat kembali informasi dalam teks. Dengan kata lain bahwa media pembelajaran ini berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam bentuk teks (disampaikan secara verbal). Rowntree ( Sihkabuden, 2005: 19) mengemukakan enam fungsi media, yaitu: Membangkitkan motivasi belajar Mengulang apa yang telah dipelajari Menyediakan stimulus belajar Mengaktifkan respon murid Memberikan umpan balik dengan segera Menggalakkan latihan yang serasi. 

Dalam Sadiman ( 2005:17) secara umum media pendidikan mempunyai fungsi sebagai berkut : Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bilamana semua itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar berlatarbelakang lingkungan guru dengan siswa berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam : • Memberikan perangasangan yang sama • Mempersamakan pengalaman • Menimbulkan persepsi yang sama Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan fungsi media dalam pembelajaran secara rinci adalah sebagai berikut: Memperjelas penyajian materi (pesan) dalam bentuk visualisasi yang jelas sehingga pesan tidak terlalu bersifat verbalistis. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Menjadikan pengalaman manusia dari abstrak menjadi kongkret Memberikan stimulus dan rangsangan kepada siswa untuk belajar secara aktif Dapat meningkatkan motivasi siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. Dengan memanfaatkan keempat fungsi di atas diharapkan kita dapat mengoptimalkan fungsi dari media dan mendapatkan efektivitas pemanfaatan media pada proses pembelajaran. 

Referensi 
Arief S Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Latuheru, John D.1988.Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini.Jakarta:Depdikbud &P2 LPTK Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang : Elang Press.... Baca Selengkapnya di : http://www.m-edukasi.web.id/2012/04/fungsi-media-pembelajaran.html 
Jika anda berkenan membuat media pembelajaran berbasis power point, Windows Movie Maker dan Media Pembelajaran lainnya, bisa lihat di Media Pembelajaran