twitter
rss

  1. MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI UMBULWIDODO NGEMPLAK SLEMAN
  2. PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 TIPARKIDUL AJIBARANG BANYUMAS TAHUN 2011/2012
  3. PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN, SISWA KELAS V SD N NGARGOSARI, NGARGOSARI SAMIGALUH, KULON PROGO
  4. IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS DI SD NEGERI 3 LURAGUNG LANDEUH KABUPATEN KUNINGAN : Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Luragung Landeuh – Kabupaten Kuningan

Judul PTK merupakan gambaran apa yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK).
Judul hendaknya ditulis secara singkat dan spesifik. Hal yang harus ada dalam penulisan judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan. Umumnya di bawah judul ditulis pula sub judul .
Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya di mana penelitian dilakukan, kapan, di kelas berapa, tahun ajaran diadakan penelitian. Berikut beberapa contoh judul PTK, yang dapat bapak, ibu guru jadikan acuan atau bagi siapa saja yang hendak melakukan penelitian.
1.       Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran X (*)
2.       Peningkatan Kreativitas Siswa Dalam Proses Belajar Mata Pelajaran X Melalui Penerapan Model Pembelajaran Generatif
3.       Penerapan Pembelajaran Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mata Pelajaran X
4.       Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Mata Pelajaran X Melalui Penerapan Cooperative Learning.
5.       Pembelajaran Berbasis Kontruktivisme Dan Kontekstual Pada Mata Pelajaran Xuntuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Pemahaman Konsep.
6.       Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Ketrampilan Siswa Pada Mata Pelaran X.
7.       Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran X Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri.
8.       Pembelajaran Dengan Model Realistic Mathematical Education Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika.
Itulah Beberapa Contoh Judul PTK, Yang Dapat  Sebagai Referensi Pembuatan PTK.
(*) Umumnya juga disertai subjudul yang menunjukan secara lebih rinci populasi penelitian, seperti dikelas  berapa, tahun berapa, di sekolah mana, dan lain-lain.

Bubbl.us, sebuah website yang memberikan layanan cepat dan mudah untuk membuat peta konsep (mind map)
Bubbl.us, sebuah website yang memberikan layanan cepat dan mudah untuk membuat peta konsep (mind map)


Cara Menggunakan Layanan bubbl.us untuk Membuat Peta Konsep

Berikut adalah langkah-langkah menggunakan layanan bubbl.us:
1. Buka halaman http://bubbl.us melalui browser anda
2. Akan muncul jendela pop-up yang akan menanyakan apakah anda mengijinkan komputer anda menyimpan informasi tentang bubbl.us. Silakan klik "ALLOW".
pop up window yang meminta anda mengijinkan (allow) komputer anda menyimpan hasil kerja di komputer anda
pop up window yang meminta anda mengijinkan (allow) komputer anda menyimpan hasil kerja di komputer anda
3. Berikutnya, anda harus melakukan proses sign in agar hasil pekerjaan anda di bubbl.us dapat disimpan. Lakukan pada formulir yang disediakan pada pojok kanan atas. Anda hanya membutuhkan alamat email dan password (sesuai keinginan anda) untuk melakukan proses ini.
Formulir Sign In bubbl.us
Formulir Sign In bubbl.us
Catatan: sebenarnya anda bisa membuat peta konsep di bubbl.us tanpa sign in, tetapi anda akan kesulitan menyimpan hasil pekerjaan anda.

4.  Sekarang anda dapat membuat peta konsep. Klik tombol Start Brainstorming di tengah halaman.
Tombol memulai membuat peta konsep (mind map) di bubbl.us
Tombol memulai membuat peta konsep (mind map) di bubbl.us
 5. Bila anda tidak melakukan Sign In, langsung klik pada tombol Start Brainstorming di halaman depan waktu anda pertama membuka situs bubbl.us
Tombol memulai membuat peta konsep (mind map) di bubbl.us tanpa sign in
Tombol memulai membuat peta konsep (mind map) di bubbl.us tanpa proses sign in
6. Setelah anda mengklik tombol Start Brainstorming, maka akan muncul sebuah bubble berwarna kuning (kotak tempat mengetik konsep). Isilah dengan konsep utama (konsep kunci) anda.
memulai membuat konsep utama peta konsep di bubbl.us
memulai membuat konsep utama peta konsep di bubbl.us
7. Tambahkan konsep untuk tingkat di bawahnya dengan menklik New Child Bubble pada bubble konsep utama.
membuat bubble baru untuk menambahkan konsep di tingkat bawah konsep utama pada bubbl.us
membuat bubble baru untuk menambahkan konsep di tingkat bawah konsep utama pada bubbl.us
8. Ketikkan konsep yang anda ingin di bubble baru yang berwarna hijau muda yang muncul.

membuat bubble baru dan mengetikkan konsep di bubble baru
9. Lanjutkan membuat bubble-bubble baru dan mengisinya dengan kata-kata konsep anda.
10. Tambahkan keterangan atau label penghubung antar bubble dengan cara mengklik garis penghubung antar 2 bubble dan mengisi kolom yang disediakan dengan kata penghubung yang sesuai.
cara memberi label atau keterangan pada garis penghubung peta konsep di bubbl.us
cara memberi label atau keterangan pada garis penghubung peta konsep di bubbl.us
11. Anda dapat menggeser-geser bubble untuk menyesuaikan tata letak dengan melakukan drag. Peta konsep anda selesai dibuat. Lihat contoh berikut.
contoh peta konsep (mind map) yang dibuat di bubbl.us secara online
contoh peta konsep (mind map) yang dibuat di bubbl.us secara online


12. Bila anda belum puas dengan hasil ini, dan ingin melakukan pengeditan, anda dapat melakukan hover pada bubble yang anda ingin edit hingga muncul jendela pop kecil berisi pilihan edit warna bubble, warna huruf, ukuran huruf, menambahkan garis hubungan ke bubble lain, melekatkan (pin) dan melepas pelekatan (unpin), hingga menghapus bubble.
Cara mengedit peta konsep di bubbl.us
Cara mengedit peta konsep di bubbl.us
13. Menyimpan peta konsep anda dengan cara mengklik icon save yang terdapat di pojok kanan atas. Anda juga dapat melakukan export file peta konsep anda dalam bentuk png atau jpeg di komputer anda.

Jika anda guru, pastinya anda pernah meninggalkan tugas anda mengajar karena keperluan penting dan mendadak. Beberapa guru suka memberikan tugas kepada siswa, bila ia tidak ingin merepotkan guru lain. Sayangnya tugas yang diberikan kurang menarik, misalnya mencatat atau membuat resume. Nah, kenapa bapak atau ibu guru mencoba memberi tugas yang sifatnya santai, menarik, tetapi tetap membuat siswa belajar? Diberi tugas dalam bentuk TTS atau teka-teki silang misalnya. Repot membuatnya? Tidak sama sekali. Cukup waktu 10 menit untuk membuat dan 10 menit untuk print TTS maka siswa anda yang ditinggalkan mungkin tidak akan cemberut kepada anda.

Download dan Install Software Pembuat Teka-Teki Silang (TTS) EclipseCrossword 

#1. Sebelum dapat menmbuat TTS dengan software ini, tentu Bapak atau Ibu guru harus mendownloadnya terlebih dahulu. Jangan khawatir, software ini gratis (free) dan ukurannya sangat kecil (hanya 572 kb). Download Free Software EclipseCrossword.
Download Free Software EclipseCrossword
Download Free Software EclipseCrossword
#2. Setelah file exe software gratis ini didownload, maka lanjutkan dengan menginstalnya di komputer Bapak / Ibu guru dengan melakukan double klik (di klik dua kali).
#3. Selanjutnya akan muncul jendela Pop Up Security Warning seperti gambar berikut. Silakan klik Run. Dalam waktu beberapa detik, program EclipseCrossword telah terinstal di komputer/laptop anda dan siap digunakan.
cara Install EclipseCrossword di komputer anda
Install EclipseCrossword di komputer anda

Cara Membuat TTS (Teka-Teka Silang) dengan Software Gratis EclipseCrossword

#1. Buka aplikasi gratis ini dengan mengkliknya pada menu Start --> All Programs --> EclipseCrossword di pojok kiri bawah layar windows anda. Perhatikan gambar berikut.
EclipseCrossword di Menu Start Windows anda
EclipseCrossword di Menu Start Windows anda
#2. Akan terbuka program EclipseCrossword dengan tampilan seperti gambar berikut. Pilih I would like to start a new crossword. Lalu klik tombol Next di bagian bawah sebelah kanan. Perhatikan gambar berikut.
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 1
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword
  #3. Berikutnya anda akan dialihkan ke halaman berikut (lihat gambar). Silakan pilih Let me create a word list from scratch now, lalu klik tombol Next. Perhatikan gambar berikut.
 cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 2
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 2
#4. Akan muncul halaman berikut:
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 3
#5. Ketik jawaban yang anda inginkan -->  ketik soal/petunjuk/clue--> klik tombol Add word to list. Ulangi proses ini sampai anda mempunyai semua kata yang anda inginkan masuk di dalam teka-teki silang anda. Tips: Masukkan kata-kata dengan jumlah huruf bervariasi. Gunakan istilah-istilah khusus dalam mata pelajaran yang Bapak/Ibu ajarkan. Tidak ada batasan jumlah kata, tetapi sebaiknya cukup banyak untuk membuat TTS anda terlihat bagus dan rapat (kata-kata saling bersilang).
#6. Setelah anda mengklik tombol Next, maka anda akan dibawa pada jendela Pop Up Save Word List. --> Beri nama file daftar kata anda (dalam ekstensi file  .ewl) --> klik Save. Perhatikan gambar berikut.
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 4
#7.Setelah anda menyimpan file berekstensi .ewl tersebut maka aknan muncul kembali halaman program Eclipse Crossword yang meminta anda menamai atau memberi judul Teka-Teka Silang (TTS) anda --> tulis judul/nama TTS anda --> klik tombol Next. Perhatikan gambar berikut.
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 5
#8. Setelah itu akan muncul halaman untuk anda menentukan ukuran TTS (teka teki silang). Secara default ukurannya adalah tinggi 25 huruf dan lebar 25 huruf. Tetapi anda dapat menyesuaikannya berdasarkan selera anda. Perhatikan gambar, pada contoh ini saya mengetik 20 x 20. Lalu klik tombol Next.
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 6
#9. Akan muncul halaman berikut. (Perhatikan gambar di bawah). Bila dibutuhkan, anda dapat terlebih dulu melakukan pengaturan tambahan melalui menu Option di bawah layar. Lalu klik tombol Next.
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 7
#10. Akan muncul halaman berikut. Lihat gambar.

cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 8
#11. Untuk memudahkan pencetakan (print) tugas siswa, saya sarankan anda memilih menu Save as a web page. Lalu pilih Empty grid and clues.
#12. Akan muncul jendela Pop Up untuk anda menyimpan file TTS anda dalam bentuk html file. File html ini dapat anda buka dengan browser Mozilla Firefox, Internet Explorer, Google Chrome, Opera, dsb. Dari browser inilah anda akan memprint dokumen dan melakukan pengaturan pencetakan dengan mudah.
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 9

Contoh TTS yang telah dibuat:
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 11
 

Catatan Tambahan:
  • Anda dapat membuat file TTS sebagai file interaktif di komputer anda, dapat digunakan dengan bantuan In Focus untuk menampilkannya di layar saat anda mengajar di kelas (pilih menu Interactive with JavaScript).
  • Bila anda menguasai sedikit pengaturan html, maka anda dapat menerbitkan TTS anda di blog pribadi anda.
  • Banyak kelebihan lain software gratis EclipseCrossword ini yang belum sempat dituliskan di artikel ini, coba dan eksplorasi sendiri. 
 Jika bingung bikin TTS bisa pake Jasa : 085252615026, hasilnya dikirim via email

1. Guru/mahasiswa calon guru belum mempunyai pengalaman menulis laporan ptk, sehingga ia tidak tau atau bingung harus menulis apa.

Mereka, dengan keterbatasan pengalaman (katakanlah baru menulis untuk pertama kali), tentu belum mempunyai rasa percaya diri. Apalagi bila mereka menemukan bahwa format dan sistematika laporan ptk seringkali memilikiperbedaan-perbedaan (selingkung). Kepada mereka yang berada dalam situasi ini, seyogyanya dapat diberikan motivasi untuk membantu membangun rasa percaya diri pada diri mereka.

Selain itu mereka juga perlu diyakinkan bahwa perbedaan-perbedaan format atau sistematika itu hanyalah bentuk-bentuk variasi saja dari sebuah laporan ptk. Jadi, merekapun sebenarnya bisa menulis laporan ptk sesuai gaya mereka sendiri, yang penting tidak melenceng darikaidah-kaidah penulisan laporan yang baik.
Ketidakberpengalaman guru atau mahasiswa calon guru dalam menulis ptk seringkali tampak dengan jelas pada alur penulisan yang tidak lurus, melenceng, keluar dari jalur, sehingga laporan ptk bahkan kalau dibaca justru membingungkan pembaca. Atau dengan kata singkat: laporan ptk mereka tidak mempunyai benang merah. Biasanya laporan demikian ditulis dengan cara mencomot bagian-bagian tertentu dari beberapa laporan milik orang lain, atau paling tidak mengadaptasi bagian-bagian laporan ptk orang lain tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan apakah bagian itu perlu dan cocok dimasukkan (diadaptasi) untuk laporan ptknya. Untuk mengatasi hal ini, guru atau mahasiswa calon guru tersebut seharusnya mencoba memahami kembali bagaimana struktur sebuah laporan ptk yang baik.

2. Guru/mahasiswa calon guru tidak memiliki kemampuan menuangkan ide-ide yang ada di pikirannya ke dalam bahasa tulisan.

Beberapa guru/ mahasiswa calon guru yang lain sebenarnya sudah memahami apa-apa yang harus dimasukkan sebagai bagian dari laporan ptk mereka, akan tetapi ketidakmampuan mereka dalam menuliskan ide yang ada di pemikiran merekalah yang menjadi penyebab rendahnya mutu laporan ptk yang ditulisnya. Untuk mengatasi hal ini, maka guru atau mahasiswa calon guru yang bersangkutan harus lebih banyak berlatih menulis. Ingat, menulis adalah suatu keterampilan (skill), dan keterampilan apapun termasuk menulis hanya dapat dikuasai dengan baik apabila sering dilatih.

Pertanyaan Untuk Dicermati

Saat menulis sebuah laporan ptk, sebaiknya seorang peneliti kembali mencermati laporannya. Banyak hal yang harus diperhatikan agar laporan ptk yang dihasilkan memiliki nilai dan kualitas yang bagus. Nah, Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan panduan untuk mencermati laporan ptk yang telah ditulis untuk melihat adakah kelemahan padanya:
  • Apakah penelitian dilakukan berdasarkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas?
  • Apakah masalah yang diidentifikasidisertai bukti-bukti (data awal) yang jelas atau hanya asumsi saja?
  • Apakah penelitian dilakukan di kelas guru itu sendiri?
  • Apakah tindakan yang dilakukan logis untuk menyelesaikan masalah?
  • Apakah rumusan masalah relevan dengan tujuan penelitian?
  • Apakah kajian teoritis (kajian pustaka) yang dicantumkan relevan dengan penelitian yang diangkat?
  • Apakah data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian?
  • Apakah alat pengambil data (instrumen) telah sesuai dan menjamin kecukupan data yang diperlukan?
  • Apakah indikator keberhasilan penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
  • Apakah langkah-langkah (tindakan) perbaikan dicantumkan dengan jelas?
  • Apakah ada penyempurnaan tindakan dari siklus sebelumnya saat melaksanakan siklus-siklus berikutnya?
  • Apakah setiap data telah dianalisis dan dibahas dengan baik?
  • Apakah simpulan sesuai dengan tujuan penelitian?
  • Apakah simpulan terlalu overgeneralized?

Demikian sederet daftar pertanyaan yang dapat diajukan oleh seorang guru atau mahasiswa calon guru saat menulis laporan ptk (penelitian tindakan kelas). Semoga bermanfaat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, abstrak bermakna : ringkasan inti, ikhtisar, inti (skripsi, laporan, dsb.). Sedangkan menurut Tesaurus Indonesia, abstrak mempunyai padanan kata : ijmal, ikhtisar, inti sari, inti, kerangka, kesimpulan, pati, pokok, rangkuman, resume, ringkasan, rumusan, sari, simpulan, atau sinopsis. Dengan demikian abstrak dapat pula dimaknai sebagai suatu ringkasan yang lengkap yang menjelaskan keseluruhan isi laporan ilmiah.

Fungsi Abstrak dalam Laporan PTK

cara menulis abstrak
Bagaimana cara menulis abstrak ptk?
Pada sebuah laporan hasil penelitian tindakan kelas (ptk), abstrak mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu:
  • Menyajikan informasi singkat tentang ptk yang telah anda dilakukan.
  • Memberikan kesan pertama setelah pembaca membaca judul (halaman judul) laporan ptk anda.
  • Memudahkan pembaca yang sedang mencari informasi tentang sebuah penelitian tindakan kelas, yaitu dengan membaca abstrak mereka hanya membutuhkan waktu yang singkat.

Karaketeristik Abstrak Laporan PTK

Ringkas

Sebuah abstrak ptk harusnya ringkas. Tidak bertele-tele, dan hanya memuat bagian-bagian esensial dari laporan ptk yang anda buat. Karena itu salah satu tata cara penulisan abstrak ptk yang harus dipatuhi adalah jumlah kata pada sebuah abstrak, maksimal 250 kata saja.

Jelas

Seharusnya, dengan membaca  abstrak laporan ptk anda pembaca sudah dapat mempunyai gambaran umum yang menyeluruh tentang penelitian tindakan kelas yang anda laporkan. Bila seorang pembaca yang selesai membaca abstrak sebuah laporan ptk masih belum punya gambaran tentang ptk yang anda lakukan, berarti abstrak yang anda tulis masih kurang jelas.

Berdiri Sendiri

Pada bagian abstrak yang anda tulis, tidak diperkenankan untuk menulis kalimat seperti: Lihat Lampiran 16, atau seperti ditunjukkan pada halaman 57, dan sejenisnya. Ini menunjukkan bahwa abstrak ptk yang anda tulis tidak berdiri sendiri. Sebuah abstrak seharusnya dapat dibaca dengan tanpa perlu membaca bagian-bagian lainnya darilaporan ptk anda. Ia adalah sebuah bagian mandiri yang merupakan ringkasan laporan ptk anda.

Objektif

Abstrak ptk yang anda tulis harus objektif. Ia adalah bagian penting dari sebuah karya tulis ilmiah. Sebagaimana Laporan aslinya, abstrak ptk juga harus ditulis objektif tanpa tujuan tertentu sehingga membuat pembaca mempunyai persepsi keliru tentang hasil penelitian tindakan kelas yang anda lakukan. Abstrak ptk anda harus ditulis sesuai fakta yang anda lakukan dan anda peroleh selama atau setelah melakukan penelitian tindakan kelas, dan bukan menuliskan asumsi atau pendapat pribadi anda tanpa ada dasar yang tepat.

Bagian-Bagian Abstrak PTK

  • Judu llaporan  penelitian tindakan kelas (ptk).
  • Nama peneliti (penulis), ditulis tanpa gelar akademis ataupun gelar non akademis.
  • Tahun penelitian dan jumlah halaman laporan keseluruhan.
  • Identitas singkat (seperti NIP, jabatan, dan asal instansi)
  • Isi abstrak yang mencakup: (1) tujuan ptk; (2) metode penelitian; (3) hasil penelitian; (4) simpulan.
  • Kata kunci (maksimal terdiri dari 5 kata kunci atau frase kunci yang diurutkan secara alfabetis)

Tata Cara Penulisan  Abstrak PTK

Jumlah kata

Hitung secara otomatis dengan menggunakan fasilitas  Word Count pada aplikasi Microsoft Word pada menu Review > Word Count. Abstrak hanya memuat maksimal 250 kata. Bila jumlah kata ternyata berlebih, edit dengan cara membuang kata-kata tertentu yang dapat dihilangkan, tetapi tidak mengurangi esensi dan makna kalimat dalam abstrak PTK yang anda buat.

Jarak spasi dan ukuran font

Abstrak selalu ditulis dalam jarak pengetikan 1 spasi. Bila anda menjumpai contoh abstrak dengan jarak lebih dari 1 spasi, itu adalah contoh yang salah. Jangan ditiru!
Gunakan huruf standar sebagaimana isi laporan ptk (misalnya Times New Roman dengan ukuran font 12 pt, atau Calibri ukuran 11 pt).

Berbentuk 1 paragraf yang rata kanan dan kiri (justify)

Pada beberapa institusi tertentu, abstrak laporan ptk acapkali diminta dalam bentuk 1 paragraf utuh. Jika tidak disertakan petunjuk bagaimana format abstrak ptk untuk laporan anda, tulislah dengan sebuah paragraf saja. Perhatikan pula, bahwa paragraf abstrak anda harus rata baik pada bagian kiri maupun bagian kanan (justify).

Ditulis sebelum Kata Pengantar, persis setelah Halaman Judul.

Letakkan abstrak ptk anda, yang mestinya hanya terdiri dari satu halaman tepat setelah Halaman Judul, sebelum Kata Pengantar. Jangan meletakkannya pada urutan yang salah. Abstrak ptk diletakkan demikian supaya pembaca laporan ptk anda segera menemukannya dengan mudah setelah membaca judul penelitian tindakan kelas anda pada halaman sampul.

Contoh Abstrak PTK


MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN UNTUK SISWA KELAS VIIIB SMPN NEGERI 4 AMUNTAI MELALUI STRATEGI MEMORY CYCLE
(Tahun 2011, 239 halaman)
Suhadi
Guru IPA SMP Negeri 4 Amuntai
Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan
ABSTRAK

Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran untuk peserta didik Kelas VIIIB SMPN 4 Amuntai. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan aktivitas peserta didik; (2) Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran oleh guru; dan (3) Mengetahui hasil belajar peserta didik yang mengacu pada strategi memory cycle pada Kelas VIIIB SMPN 4 Amuntai semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 untuk materi Bahan Kimia dalam Kehidupan Sehar-hari. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, di mana masing-masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua pertemuan (dua kali tatap muka), demikian pula halnya dengan Siklus II. Data aktivitas peserta didik digali dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik, data Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru digali dengan Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran, sedangkan data hasil belajar peserta didik digali dengan Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada pembelajaran yang mengacu kepada strategi memory cycle pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari di siklus I maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini berada pada kategori BAIK; (2) Pengelolaan pembelajaran oleh guru di kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai yang tahun pembelajaran 2011/2012 yang telah dilakukan guru pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan strategi memory cycle di siklus 1 maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini juga berada pada kategori BAIK; dan (3) Hasil belajar peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari mengalami peningkatan dibanding tahun pelajaran 2010/2011 setelah menggunakan strategi memory cycle.
Kata Kunci : bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, kualitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, strategi memory cycle
Catatan: Sebenarnya tata cara penulisan di atas juga dapat diberlakukan untuk abstrak skripsi,tesis, atau jurnal penelitian lainnya.

Langkah-Langkah Menulis PTK

Tulisan kali ini sebenarnya lebih bersifat umum (general) tentang bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan seorang guru atau mahasiswa calon guru untuk menulis sebuah laporan penelitian tindakan kelas. Berikut langkah-langkah yang dimaksud:

Pengembangan Gagasan

Sebagaimana tulisan lain, proposal atau laporan ptk (penelitian tindakan kelas) juga ditulis berdasarkan adanya gagasan (ide). Gagasan atau ide tentang ptk atau penelitian tindakan kelas dapat diperoleh oleh seorang guru atau mahasiswa calon guru ketika membaca suatu literatur dan mengkoneksikan dengan permasalahan yang terjadi di dalam kelasnya. Atau sebaliknya, ketika merasa ada suatu masalah dalam pembelajaran di kelasnya, seorang guru akan mencoba mencari tahu lewat referensi-referensi tertentu tentang bagaimana kemungkinan yang dapat diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Nah, dari adanya masalah dan strategi pemecahan masalah yang mungkin dipilih inilah gagasan penulisan proposal atau leporan penelitian tindakan kelas (ptk) dapat dikembangkan.

Merencanakan Naskah

Naskah proposal atau laporan ptk perlu direncanakan terkait untuk tujuan apa ditulis, bila kita melakukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk mengikuti suatu lomba, maka perlu direncanakan naskah yang ditulis harus sesuai dengan format-format tertentu yang biasanya diminta oleh penyelenggara. Jika kita menulis ptk hanya untuk memperoleh angka kredit kenaikan pangkat, maka format penulisan mungkin dapat sedikit lebih bebas, tetapi tetap dalam koridor tulisan ilmiah bentuk laporan. Kita juga dapat merencanakan sedari awal, berapa halaman yang akan kita tulis, dan lampiran-lampiran apa saja yang nantinya perlu kita siapkan untuk dimasukkan sebagai bahan proposal atau laporan ptk tersebut.

Mengembangkan paragraf dan penulisan draft

Setelah naskah direncanakan dengan baik hingga ke bab-bab dan subbab-subbab apa yang akan kita tulis, maka langkah selanjutnya adalah menulisan pokok-pokok pikiran dari setiap bagian itu sehingga proposal atau laporan ptk kita secara menyeluruh mempunyai kerangka yang utuh dan sinambung. Pokok-pokok pikiran dari setiap bagian bab dan subbab selanjutnya perlu dikembangkan sehingga terbentuk paragraf-paragraf yang saling anyam membentuk kesatuan utuh, tidak kontradiktif antara satu bagian dengan bagian lainnya. Dan tentu saja tetap bersifat ilmiah, yang dapat terlihat dari pemilihan kata-kata atau literatur yang digunakan saat pengembangan paragraf-paragraf dari setiap bagian proposal atau laporan ptk itu.

Meminta masukan teman sejawat

Draft yang telah kita kembangkan berdasarkan pokok-pokok pikiran yang menjelma menjadi paragraf-paragraf tadi selanjutnya perlu dibaca oleh orang lain. Orang yang paling tepat untuk membaca adalah teman sejawat anda, atau ahli di bidang penelitian tindakan kelas, atau praktisi pendidikan. Meminta masukan dari mereka sangat penting untuk mengecek adakah anda berbeda pendapat dengan mereka? kenapa ada perbedaan pendapat? Apakah ada hal-hal penting lain pada aspek-aspek tertentu di penelitian anda yang belum terpikirkan sama sekali oleh anda dan penting untuk dimasukkan sebagai elemen tulisan anda? Atau bahkah anda memerlukan kritikan dari mereka.

Memperbaiki draft

Setelah mempertimbangkan saran-saran dari orang lain yang telah membaca proposal atau laporan penelitian tindakan kelas anda, maka langkah berikutnya adalah memperbaiki draft awal tersebut sehingga akan lebih menyempurnakannya. Tidak ada tulisan (dalam bentuk apapun termasuk karya ilmiah berupa ptk) yang sekali tulis langsung jadi. Semuanya memerlukan revisi, revisi, dan revisi.

Sentuhan akhir

Setelah tulisan berupa laporan atau proposal penelitian tindakan kelas anda ditulis dengan lengkap, dengan memerhatikan masukan-masukan dari orang-orang yang telah anda pilih, maka langkah terakhir adalah sentuhan akhir. Pada langkah terakhir ini, anda perlu menuliskan halaman-halaman tambahan yang perlu dan harus dimasukkan ke dala tulisan anda, misalnya kata pengantar, halaman persembahan, dan halaman-halaman lain yang mungkin ingin anda sisipkan. Selain itu, sekali lagi anda harus mengecek tata penulisan agar sesuai dengan eyd (ejaan yang disempurnakan), karena proposal atau laporan ptk yang anda buat adalah tulisan ilmiah yang harus menggunakan bahasa baku dan tata penulisan yang baik dan benar.

Pada sebuah proposal atau laporan PTK kita dapat memasukkan subbab Kerangka Berpikir. Biasanya subbab ini diletakkan pada bagian akhir bab II (Kajian Teori / Tinjauan Pustaka). Pertanyaannya sekarang: Bagaimana cara menyusun / menuliskannya pada proposal PTK atau laporan PTK anda?


Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan dari awal , proses pelaksanaan, hingga akhir. Kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk kalimat-kalimat atau digambarkan sebagai sebuah diagram. Berikut ini akan disampaikan langkah-langkah praktis bagaimana menulis Kerangka Berpikir pada sebuah proposal atau laporan penelitian tindakan kelas (PTK). Mari disimak.

Cara Menulis Kerangka Berpikir dalam bentuk Rumusan Kalimat-Kalimat

  1. Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), secara singkat.
  2. Rumuskan tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
  3. Rumuskan hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
  4. Susun ketiga komponen di atas dalam sebuah paragraf yang padu.

Perhatikan contoh berikut:

Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran PKn  terasa monoton, menggunakan metode pembelajaran konvesional, sedangkan prestasi belajar PKn juga rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat memecahkan masalah ini. Caranya adalah dengan melatih guru PKn, kemudian mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti. Hasilnya, diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan menggunakan metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar PKn siswa juga akan meningkat.

Cara Menulis Kerangka Berpikir dalam Bentuk Diagram

  1. Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), dalam bentuk poin-poin penting dengan singkat.
  2. Rumuskan poin-poin penting tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
  3. Rumuskan poin-poin hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
  4. Rancang sebuah diagram yang memuat poin-poin tersebut dengan alur yang rasional dan jelas.

Perhatikan contoh berikut:

Contoh Diagram Kerangka Berpikir pada Sebuah Proposal atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
Contoh Diagram Kerangka Berpikir pada Sebuah Proposal atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Catatan:
Penelitian tindakan kelas ini adalah PTK kolaboratif antara seorang peneliti dengan guru PKn
Contoh ini diadaptasi dari buku Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Sukidin, Basrowi, Suranto) yang diterbitkan oleh Insan Cendekia pada tahun 2008.

Demikian tulisan terbaru blog penelitian tindakan kelas tentang Cara Menulis Kerangka Berpikir pada Proposal atau laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semoga bermanfaat. Salam.

10 Fungsi Media Pembelajaran

Beberapa fungsi media pembelajaran adalah : (1) Pemusat perhatian siswa; (2) Menggugah emosi siswa; (3) Membantu siswa memahami materi pembelajaran; (4) Membantu siswa mengorganisasikan informasi; (5) Membangkitkan motivasi belajar siswa; (6) Membuat pembelajaran menjadi lebih konkret; (7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra; (8) Mengaktifkan pembelajaran; (9) Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru; dan (10) Mengaktifkan respon siswa.
10  fungsi media pembelajaran
10 fungsi media pembelajaran


Uraian dari setiap fungsi media pembelajaran di atas adalah sebagai berikut:

Pemusat perhatian siswa

Media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik sebagai pemusat perhatian siswa. Apalagi jika media pembelajaran itu bersifat menarik. Guru IPS dapat menarik perhatian siswa misal dengan hanya menempel peta di papan tulis saat akan memulai pembelajaran. Siswa akan selalu terpusat perhatiannya kepada hal-hal baru yang ditunjukkan atau dibawa oleh guru ke dalam ruang kelas. Jadi jangan ragu untuk selalu menggunakan media pembelajaran.

Menggugah emosi siswa

Emosi siswa terhadap suatu hal (dalam hal ini materi pembelajaran) dapat dengan mudah digugah dengan menggunakan media pembelajaran. Misalnya saja, mereka dapat dengan cepat bersimpati dengan orang yang memiliki kekurangan fisik dengan hanya menonton video singkat tentang seorang cacat yang harus dapat melakukan beragam kegiatan sehar-hari secara mandiri. Dengan media pembelajaran serupa kita dapat membuat siswa mencintai lingkungan dan peduli dengan kelestarian alam sekitar.

Membantu siswa memahami materi pembelajaran

Jika guru ingin menggunakan media pembelajaran dan berhasil efektif, maka guru harus memilih media pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Media pembelajaran yang sesuai akan membantu siswa memahami materi pembelajaran yang sedang dibelajarkan.

Membantu siswamengorganisasikan informasi

Berbagai media pembelajaran seperti tampilan power point yang dirancang dengan sungguh-sungguh, menyajikan grafik atau bagan-bagan, atau diagram, dapat membantu siswa mengorganisasikan materi pembelajaran dengan lebih mudah. Guru dapat menyajikannya dengan menambahkan pula simbol-simbol khusus sehingga memperkuat retensi (daya ingat) siswa.

Membangkitkan motivasi belajar siswa

Guru yang menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat membuat suasana kelas lebih hidup. Salah satu penyebabnya adalah karena media pembelajaran mempunyai fungsi penting yaitu sebagai pembangkit motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk belajar bila guru mengajar di kelas mereka dengan menggunakan beragam media pembelajaran yang sesuai.

Membuat pembelajaran menjadi lebih kongkret

Banyak konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari oleh siswa kita di kelas. Cara termudah untuk menyajikan sesuatu yang abstrak adalah dengan membantu mereka mengkongkretkannya melalui media pembelajaran. Pembelajaran yang abstrak sukar untuk ditangkap, berbalikan dengan pembelajaran yang lebih kongkret.

Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra

Banyak peristiwa, konsep, atau objek yang harus dipelajari oleh siswa tetapi untuk menyajikannya secara langsung tidaklah mudah (bisa). Misalnya saja, jika guru ingin membawa siswa kepada masa-masa perang dunia ke-2 berkecamuk, maka guru dapat menyajikannya dengan media pembelajaran. Banyak video-video dokumentasi tentang perang dunia ke-2 ini tersedia di internet. Dengan menampilkannya di kelas pada saat pembelajaran, keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Pun jika misalnya guru ingin menyampaikan bagaimana bentuk seekor amuba yang sedang mengambil makanan, tentu hanya dengan menggunakan media pembelajaranlah tujuan ini dapat dicapai.

Mengaktifkan pembelajaran

Dijamin, penggunaan media pembelajaran akan mengaktifkan pembelajaran di kelas. Apalagi media pembelajaran yang dipilih dapat mengaakomodasi banyak siswa dan memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengannya. Pembelajaran yang aktif terbentuk ketika siswa-siswa dapat berinteraksi tidak hanya dengan guru atau dengan siswa lainnya, tetapi juga dengan media pembelajaran.

Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru

Banyak guru seringkali terbawa suasana mengajar yang berpusat pada guru.Ini bukan berarti pembelajaran berpusat pada guru tidak baik. Akan tetapi pembelajaran, apabila melulu dilaksanakan dalam setting berpusat pada guru akan mengakibatkan kebosanan pada diri siswa. Media pembelajaran yang digunakan guru pada saat mengajar dapat mencegah guru untuk selalu terbawa pada kemungkinan ini, apalagi guru dengan cermat memilih media pembelajaran yang memungkinkan orientasi pembelajaran yang berpusat pada siswa.

Mengaktifkan respon siswa

Banyak siswa malas merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru karena guru monoton dan pembelajaran selalu begitu-begitu saja. Pembelajaran yang memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi dan sesuai tujuan pembelajaran dapat mengatasi hal ini. Siswa akan memberikan respon positif terhadap / selama proses belajar mengajar berlangsung.


model perencanaan dan penggunaan media pembelajaran ASSURE menurut Heinich
model perencanaan dan penggunaan media pembelajaran ASSURE menurut Heinich

Model ASSURE oleh Heninich, dkk (1982)

Pada bukunya yang bertajuk Instructional Media and The New Technologies of Instruction yang diterbitkan pada tahun 1982 oleh John Wiley & Sons, New York, R. Heinich, M. Molenda dan J.D. Russel mengajukan sebuah model perencanaan dan penggunaan media pembelajaran agar efektif kemanfaataannya. Model yang mereka ajukan dikenal dengan Model ASSURE yang merupakan akronim dari (Analyze, State, Select, Utilize, Response, dan Evaluate).

Tahapan-Tahapan Perencanaan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Fase 1 : Analyze (Analisis)

Tahapan pertama pada saat merancang penggunaan sebuah media pembelajaran adalah melakukan analisis karakteristik siswa. Guru dapat melakukan analisis berupa: (1) tingkatan (kelas);apakah mereka anak TK, SD, SMP, atau SMA? (2) jenis kelamin; (3) latar belakang sosial, budaya, etnis, hingga taraf ekonomi; (4) pengetahuan (ranah kognitif), keterampilan (ranah psikomotor) serta sikap (ranah afektif) yang telah mereka miliki.

Fase 2 : State (Menyatakan)

Tahapan kedua dalam perencanaan penggunaan media pembelajaran adalah menyatakan atau menentukan tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai. Pengetahuan apa yang diharapkan guru akan didapatkan siswa setelah pembelajaran? Keterampilan apa yang harus mereka latihkan dan kuasai? Serta, sikap apa yang akan diubah setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar? Dengan menyatakan atau menentukan tujuan pembelajaran, maka akan mempermudah guru untuk menentukan apakah sebuah media pembelajaran efektif digunakan, bahkan hingga ke urutan-urutan pelaksanaan (penyajian) pembelajaran yang bagaimana yang seharusnya guru lakukan di kelas ketika menggunakan media tersebut.

Fase 3 : Select (Memilih)

Kata select di sini sebenarnya bisa bermakna luas, tidak hanya bermakna memilih. Guru dapat melakukan tahapan ketiga dengan memilih media pembelajaran apa yang paling cocok dan sekiranya efektif untuk digunakan di kelas. Ini bila tersedia media pembelajaran yang memadai. Bila tidak maka pada tahap ini guru dapat memodifikasi, merancang, hingga mengembangkan sendiri media pembelajaran yang sesuai. Tentu saja lebih mudah bila guru menggunakan media pembelajaran yang sudah tersedia di sekolah. Hal ini dapat membantu guru menghemat waktu, pikiran, biaya dan tenaga sehingga dapat dimanfaatkan untuk hal-hal lain. Akan tetapi bila media yang cocok  tidak tersedia maka guru dapat memodifikasi media pembelajaran lain yang ada hingga dapat memenuhi harapan yang diinginkan. Bila tidak tersedia sama sekali, maka guru harus merancang dan mengembangkan sendiri media pembelajaran tersebut.

Fase 4 : Utilyze (Menggunakan)

Tahapan ke-empat adalah menggunakan media pembelajaran yang telah dipilih tersebut pada saat pembelajaran berlangsung. Sebelum menggunakan media pembelajaran itu, tentu saja guru harus telah memahami betul tentangnya, baik terkait cara menggunakannya, strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan, bahkan hingga detil-detil seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pemanfaatannya dan bagaimana nantinya bentuk interaksi siswa dengan media itu. Peralatan atau bahan-bahan penunjang lain yang dibutuhkan selama penggunaan media pembelajaran tersebut juga perlu diperhatikan, misalnya listrik, layar (screen), sound system (tata suara) dan sebagainya. Latihan barangkali juga diperlukan sebelum guru benar-benar siap tampil di kelas menggunakan media pembelajaran tertentu.

Fase 5 : Response (Respon)

Tahapan kelima perencanaan dan penggunaan media menurut Heinich dan kawan-kawan ini adalah meminta respon (tanggapan) dari siswa tentang media pembelajaran yang telah digunakan selama kegiatan pembelajaran di kelas mereka. Guru misalnya dapat meminta umpan balik bagaimana mereka belajar menggunakan media tersebut. Apakah mereka menjadi lebih mudah mempelajari materi ajar atau keterampilan?

Fase 6 : Evaluate (Evaluasi)

Setiap pembelajaran selalu harus dievaluasi, termasuk pembelajaran yang menggunakan media tertentu. Bagaimana pencapaian tujuan pembelajaran kognitif, psikomotor dan afektif siswa? Apakah penggunaan media dapat membantu siswa mencapainya?

Berikut ini beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat guru memilih media untuk pembelajaran yang akan dilaksanakannya:

Efektivitas Media Pembelajaran

Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya dalam membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan disajikan. Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.

Taraf Berpikir Siswa

Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir siswa. Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana. Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA. Media pembelajaran yang sering digunakan untuk materi ini misalnya torso (model 3 dimensi) atau gambar. Walaupun sama-sama menggunakan gambar atau torso, tetapi tingkat kerumitan (kompleksitas) gambar dan torso harus dibedakan. Media pembelajaran di SD tentunya tidak boleh serinci media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.

Interaktivitas Media Pembelajaran

Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin interaktif media, makin bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong siswa untukterlibat aktif dalam belajar.. Misalnya, saat mengajar materi tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi hitung bilangan bulat. Bila siswa diberikan tontonan video, tentunya interaksi yang terjadi antara siswa dengan media pembelajaran hanya satu arah saja: dari media ke siswa. Sedangkan bila menggunakan media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang dioperasikan pada sebuah komputer, maka interaksi siswa dengan media tentu lebih tinggi. Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif.

Ketersediaan Media Pembelajaran

Guru boleh saja berangan-angan menggunakan media pembelajaran yang sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi pelajaran, dan interaktivitasnya tinggi. Tetapi jika media yang sedemikian tidak tersedia, tentu juga sia-sia. Media yang dipilih saat merancang pembelajaran secara logis sudah tersedia di sekolah, atau paling tidak bila tidak dimiliki masih dapat diperoleh dengan mudah, misalnya dengan meminjam atau membuat sendiri. Jumlah media yang akan digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah siswa di kelas. Bila media pembelajaran digunakan bukan secara klasikal, tetapi secara berkelompok atau individual, maka jumlah media pembelajaran yang tersedia harus mencukupi.

Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran

Penting sekali bagi guru untuk memperhatikan prinsip pemilihan media yang satu ini: minat siswa.Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh pada minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan minat siswa jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8 cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi siswa apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut dengan warna-warna yang semarak.
media pembelajaran kartu
Kartu mana yang lebih menarik buat siswa?

Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran

Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran yang dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar menggunakan media pembelajaran tersebut.

Alokasi Waktu

Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu, penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting. Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.

Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran

Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas. Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses pembelajaran berlangsung terjadi perubahan situasi yang berakibat tidak dapat digunakannya suatu media pembelajaran. Contoh media pembelajaran yang menggunakan sumber energi untuk pengoperasiannya kadangkala justru dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung bila aliran listrik mati.

Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran

Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang kurang aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam (mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif.

Kualitas Teknis Media Pembelajaran

Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik. Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media. Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik, misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan sebagainya.
Demikian tulisan tentang prinsip-prinsip memilih media dalam pembelajaran, semoga dapat bermanfaat untuk anda.

Media Gambar untuk Pembelajaran

Gambar termasuk media pembelajaran berbasis visual. Telah diketahui bahwa media berbasis visual seperti gambar dapat memudahkan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran yang rumit atau kompleks. Media gambar dapat menyuguhkan elaborasi yang menarik tentang struktur atau organisasi suatu hal, sehingga juga memperkuat ingatan. Media gambar dapat menumbuhkan minat siswa dan memperjelas hubungan antara isi materi pembelajaran dengan dunia nyata. Untuk memperoleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya dalam penggunaan media gambar dalam pembelajaran ini, maka ia haruslah dirancang dengan sebaik-baiknya.

Jenis-Jenis Media Gambar dalam Pembelajaran

Media pembelajaran gambar dapat disajikan dalam bentuk : (1) Poster; (2) Kartun; (3) Komik; (4) Gambar Fotografi; (5) Slide; (6) Bagan;dan (7) Diagram.

Poster

Poster adalah media pembelajaran berbentuk ilustrasi gambar yang disederhanakan, dibuat dengan ukuran besar, bertujuan menarik perhatian, dan isi atau kandungannya berupa bujukan, memotivasi, atau mengingatkan suatu gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Gagasan tadi disampaikan dengan kata-kata singkat namun padat dan jelas.
media pembelajaran gambar
Contoh Poster (sumber: ilmugrafis.com)

Kartun

Kartun merupakan sebuah media unik untuk mengemukakan gagasan. Kartun dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat dipakai untuk memotivasi siswa dan memberikan ilustrasi secara komunikatif.Kartun dibuat dalam bentuk lukisan atau karikatur.
media pembelajaran gambar
Contoh kartun

Komik

Komik adalah media pembelajaran berbentuk gambar selain kartun yang juga bersifat unik.Bedanya, pada komik terdapat karakter yang memerankan suatu cerita dalam urutan (rangkaian seri).Komik memiliki keunggulan tersendiri sebagai media pembelajaran dalam bentuk gambar, karena komik sangat akrab dengan keseharian siswa.
media pembelajaran gambar
Contoh komik

Gambar Fotografi

Gambar fotografi merupakan media pembelajaran yang sangat mudah dibuat pada era digital sekarang ini. Berbagai macam gadget yang ada di sekitar kita biasanya dilengkapi dengan fitur kamera yang memungkinkan kita membuat gambar fotografi.Gambar fotografi karena langsung berisi foto nyata objek atau situasi atau peristiwa, maka ia merupakan media pembelajaran gambar yang sangat realistik (konkret).
media pembelajaran gambar
Contoh gambar fotografi

Bagan

Bagan adalah kombinasi media grafis dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan suatu fakta pokok atau gagasan dengan cara yang logis dan teratur.Fungsi utama bagan sebagai media gambar adalah untuk memperlihatkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses, klasifikasi, dan organisasi.
Perhatikan contoh media gambar berbentuk bagan berikut:
media pembelajaran gambar
Contoh bagan

Diagram

Diagram adalah gambar yang digunakan untuk media pembelajaran dalam bentuk gambaran sederhana yang dibuat dengan tujuan memperlihatkan bagian-bagian, atau hubungan timbal balik, biasanya dengan menggunakan garus-garis dan keterangan bagian atau hubungan yang ingin ditunjukkan.
media pembelajaran gambar
Gambar diagram

Grafik

Grafik adalah media gambar untuk tujuan penyajian data berupa angka-angka. Grafik memberikan informasi inti suatu data, berupa hubungan antar bagian-bagian data. Adabermacam-macam bentuk media gambar grafik yang dapat disajikan sebagai media pembelajaran kepada siswa, misalnya grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik bergambar. Setiap jenis grafik mempunyai kekhususan dalam hal jenis data yang ditampilkan.
media pembelajaran gambar
Contoh grafik

Media pembelajaran berbasis teks cetak (print out) adalah berbagai media penyampai pesan pembelajaran di mana padanya terkandung teks (bacaan) dan ilustrasi-ilustrasi pendukungnya. Berbagai bentuk media pembelajaran jenis ini contohnya: buku teks pembelajaran, majalah, buku kerja, LKS, guntingan koran; majalah, leaflet, brosur, dan sebagainya.

Penelitian dan karakteristik media pembelajaran berbasis cetak yang baik

Berbagai penelitian telah dilakukan tentang penggunaan media pembelajaran berbasis teks cetak (print out) ini meliputi penggunaannya dalam kaitan dengan desain yang material yang digunakan, tampilan fisik (warna, bentuk, dsb), hingga rancangan konten yang ada di dalamnya. Berdasarkan berbagai penelitian-penelitian tersebut telah ditentukan karakteristik media pembelajaran berbasis cetak (print out) yang baik meliputi:
  • Pengorganisasian, meliputi struktur dan format dengan pengurutan tertentu dan memiliki kejelasan (clarity).
  • Isyarat dan petunjuk, meliputi struktur dan format media pembelajaran yang harus dapat membantu pembaca (dalam hal ini siswa) untuk mengantisipasi konten yang dimuat di dalamnya sehingga dengan cepat dapat menemukan informasi yang diperlukan.
  • Keterbacaan, di mana konten ditulis dengan cermat sehingga sesuai dengan tingkat umur, pengetahuan, dan tahapan perkembangan siswa.
  • Kecepatan/pace, yaitu jumlah konten yang dihadirkan atau dipresentasikan dalam sebuah media pembelajaran berbasis cetak/teks/print out sehingga memungkinkan siswa terfasilitasi dalam memahami dan menyerap informasi yang diberikan.
  • Ketepatan, di mana konten yang disajikan benar dan akurat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pengembangan media berbasis cetak dan keberagaman siswa

Dalam pengembangan media pembelajaran berbasis cetak/print out dalam bentuk teks dan ilustrasi ini perlu diperhatikan keberagaman siswa, di mana siswa mungkin saja memiliki perbedaan dalam kemampuan berbahasa, sehingga media pembelajaran yang dibuat akan bersifat lebih user friendly (mudah digunakan dan dipahami siswa). Penggunaan struktur tertentu, menambahkan berbagai kegiatan (aktivitas belajar), ilustrasi, gambar, foto, peta konsep, kuis, permainan, atau grafik organiser, akan mengakomodasi perbedaan gaya belajar yang mungkin ada sehingga siswa lebih dapat mengikuti pembelajaran dengan media ini secara lebih baik.

"Pegangan guru"

Untuk membantu dan mempermudah guru, seringkali media pembelajaran berbasis cetak (print out) ini dilengkapi dengan bahan lain dalam bentuk “ pegangan guru” yang tentu saja bersesuaian dengan berbagai komponen dalam media pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Pada “pegangan guru” seringkali dilengkapi dengan alternatif kegiatan (aktivitas pembelajaran) untuk siswa, teknik-teknik bertanya dan memancing keterlibatan siswa dalam pembelajaran, contoh-contoh lain selain yang telah disediakan untuk siswa, hingga kunci jawaban pertanyaan dari bahan (media) yang diberikan kepada siswa.

Lembar Observasi PTK Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Sintaks Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)

Seperti contoh yang lalu, sebelumnya kita harus memiliki informasi tentang hal-hal apa yang harus dilakukan oleh guru selama melaksanakan pembelajaran penemuan terbimbing. Berikut beberapa informasi yang mungkin dapat kita peroleh dari berbagai literatur menegenai sintaks pembelajaran penemuan terbimbing:

Tahap 1. Pendahuluan (Orientasi siswa pada masalah).

Pada tahap ini guru memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan menggali pengetahuan awal siswa (melakukan apersepsi).

Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.

Pada tahap kedua ini guru harus mengajukan suatu permasalahan, dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan penyelidikan/pengamatan atau diskusi.

Tahap 3. Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau kelompok bersama.

Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan dan diskusi untuk memperoleh informasi yang diperlukan.

Tahap 4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kegiatan.

Di tahapan yang keempat pada sintaks pembelajaran penemuan terbimbing ini guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil penyelidikan/pengamatan dan diskusi mereka hingga merumuskan simpulan.

Tahap 5. Penutup (Mengevaluasi kegiatan penyelidikan/pengamatan dan membuat rangkuman).

Pada tahap kelima ini guru mengevaluasi kegiatan penyelidikan/pengamatan, membimbing siswa membuat rangkuman dan memberikan tugas mandiri.

Lembar Observasi


Nah, dari kajian  tentang sintaks pembelajaran dengan penemuan terbimbing itu kita dapat membuat Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Penemuan Terbimbing, caranya dengan menjadikan langkah-langkah tersebut, beserta sub-sub langkah menjadi aspek-aspek yang diamati/diobservasi. Hasil akhirnya..... Lembar  Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Penemuan Terbimbing akan menjadi seperti gambar ini.
Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)


Untuk lebih jelasnya, anda dapat mendownload Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing ini dengan mengklik link yang disediakan. Selain itu kami tambahkan pula Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Semoga tulisan kali ini dapat bermanfaat bagi anda yang sedang melakukan penelitian tindakan kelas (ptk) tentang pembelajaran penemuan terbimbing.