- MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI UMBULWIDODO NGEMPLAK SLEMAN
- PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 4 TIPARKIDUL AJIBARANG BANYUMAS TAHUN 2011/2012
- PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT TINGGI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN, SISWA KELAS V SD N NGARGOSARI, NGARGOSARI SAMIGALUH, KULON PROGO
- IMPLEMENTASI PENDEKATAN TAKTIS DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS DI SD NEGERI 3 LURAGUNG LANDEUH KABUPATEN KUNINGAN : Penelitian Tindakan Kelas di SDN 3 Luragung Landeuh – Kabupaten Kuningan
Judul
PTK merupakan gambaran apa yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas
(PTK).
Judul hendaknya ditulis secara singkat dan spesifik. Hal yang harus ada
dalam penulisan judul adalah gambaran dari apa yang dipermasalahkan. Umumnya di
bawah judul ditulis pula sub judul .
Sub judul ditulis untuk menambahkan
keterangan lebih rinci tentang populasi, misalnya di mana penelitian dilakukan,
kapan, di kelas berapa, tahun ajaran diadakan penelitian. Berikut beberapa
contoh judul PTK, yang dapat bapak, ibu guru jadikan acuan atau bagi siapa saja
yang hendak melakukan penelitian.
1.
Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran X (*)
2.
Peningkatan Kreativitas Siswa Dalam Proses
Belajar Mata Pelajaran X Melalui Penerapan Model Pembelajaran Generatif
3.
Penerapan Pembelajaran Model Problem Based
Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Mata Pelajaran X
4.
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada
Mata Pelajaran X Melalui Penerapan Cooperative Learning.
5.
Pembelajaran Berbasis Kontruktivisme Dan
Kontekstual Pada Mata Pelajaran Xuntuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam
Pemahaman Konsep.
6.
Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk
Meningkatkan Ketrampilan Siswa Pada Mata Pelaran X.
7.
Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Memecahkan
Masalah Pada Mata Pelajaran X Dengan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri.
8.
Pembelajaran Dengan Model Realistic Mathematical
Education Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika.
Itulah Beberapa Contoh Judul PTK, Yang Dapat Sebagai Referensi Pembuatan PTK.
(*) Umumnya juga disertai subjudul yang
menunjukan secara lebih rinci populasi penelitian, seperti dikelas berapa, tahun berapa, di sekolah mana, dan
lain-lain.
Label:
Penelitian Tindakan Kelas
Bubbl.us, sebuah website yang memberikan layanan cepat dan mudah untuk membuat peta konsep (mind map) |
Cara Menggunakan Layanan bubbl.us untuk Membuat Peta Konsep
Berikut adalah langkah-langkah menggunakan layanan bubbl.us:1. Buka halaman http://bubbl.us melalui browser anda
2. Akan muncul jendela pop-up yang akan menanyakan apakah anda mengijinkan komputer anda menyimpan informasi tentang bubbl.us. Silakan klik "ALLOW".
pop up window yang meminta anda mengijinkan (allow) komputer anda menyimpan hasil kerja di komputer anda |
Formulir Sign In bubbl.us |
4. Sekarang anda dapat membuat peta konsep. Klik tombol Start Brainstorming di tengah halaman.
Tombol memulai membuat peta konsep (mind map) di bubbl.us |
Tombol memulai membuat peta konsep (mind map) di bubbl.us tanpa proses sign in |
memulai membuat konsep utama peta konsep di bubbl.us |
membuat bubble baru untuk menambahkan konsep di tingkat bawah konsep utama pada bubbl.us |
membuat bubble baru dan mengetikkan konsep di bubble baru |
10. Tambahkan keterangan atau label penghubung antar bubble dengan cara mengklik garis penghubung antar 2 bubble dan mengisi kolom yang disediakan dengan kata penghubung yang sesuai.
cara memberi label atau keterangan pada garis penghubung peta konsep di bubbl.us |
contoh peta konsep (mind map) yang dibuat di bubbl.us secara online |
12. Bila anda belum puas dengan hasil ini, dan ingin melakukan pengeditan, anda dapat melakukan hover pada bubble yang anda ingin edit hingga muncul jendela pop kecil berisi pilihan edit warna bubble, warna huruf, ukuran huruf, menambahkan garis hubungan ke bubble lain, melekatkan (pin) dan melepas pelekatan (unpin), hingga menghapus bubble.
Cara mengedit peta konsep di bubbl.us |
Jika anda guru, pastinya anda pernah meninggalkan tugas anda mengajar
karena keperluan penting dan mendadak. Beberapa guru suka memberikan
tugas kepada siswa, bila ia tidak ingin merepotkan guru lain. Sayangnya
tugas yang diberikan kurang menarik, misalnya mencatat atau membuat
resume. Nah, kenapa bapak atau ibu guru mencoba memberi tugas yang
sifatnya santai, menarik, tetapi tetap membuat siswa belajar? Diberi
tugas dalam bentuk TTS atau teka-teki silang misalnya. Repot membuatnya?
Tidak sama sekali. Cukup waktu 10 menit untuk membuat dan 10 menit
untuk print TTS maka siswa anda yang ditinggalkan mungkin tidak akan
cemberut kepada anda.
Download dan Install Software Pembuat Teka-Teki Silang (TTS) EclipseCrossword
#1. Sebelum dapat menmbuat TTS dengan software ini, tentu Bapak atau Ibu guru harus mendownloadnya terlebih dahulu. Jangan khawatir, software ini gratis (free) dan ukurannya sangat kecil (hanya 572 kb). Download Free Software EclipseCrossword.Download Free Software EclipseCrossword |
#3. Selanjutnya akan muncul jendela Pop Up Security Warning seperti gambar berikut. Silakan klik Run. Dalam waktu beberapa detik, program EclipseCrossword telah terinstal di komputer/laptop anda dan siap digunakan.
Install EclipseCrossword di komputer anda |
Cara Membuat TTS (Teka-Teka Silang) dengan Software Gratis EclipseCrossword
#1. Buka aplikasi gratis ini dengan mengkliknya pada menu Start --> All Programs --> EclipseCrossword di pojok kiri bawah layar windows anda. Perhatikan gambar berikut.EclipseCrossword di Menu Start Windows anda |
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword |
cara membuat TTS dengan EclipseCrossword 2 |
#6. Setelah anda mengklik tombol Next, maka anda akan dibawa pada jendela Pop Up Save Word List. --> Beri nama file daftar kata anda (dalam ekstensi file .ewl) --> klik Save. Perhatikan gambar berikut.
#7.Setelah anda menyimpan file berekstensi .ewl tersebut maka aknan muncul kembali halaman program Eclipse Crossword yang meminta anda menamai atau memberi judul Teka-Teka Silang (TTS) anda --> tulis judul/nama TTS anda --> klik tombol Next. Perhatikan gambar berikut. #8. Setelah itu akan muncul halaman untuk anda menentukan ukuran TTS (teka teki silang). Secara default ukurannya adalah tinggi 25 huruf dan lebar 25 huruf. Tetapi anda dapat menyesuaikannya berdasarkan selera anda. Perhatikan gambar, pada contoh ini saya mengetik 20 x 20. Lalu klik tombol Next.
#9. Akan muncul halaman berikut. (Perhatikan gambar di bawah). Bila dibutuhkan, anda dapat terlebih dulu melakukan pengaturan tambahan melalui menu Option di bawah layar. Lalu klik tombol Next.
#10. Akan muncul halaman berikut. Lihat gambar.
#11. Untuk memudahkan pencetakan (print) tugas siswa, saya sarankan anda memilih menu Save as a web page. Lalu pilih Empty grid and clues.
#12. Akan muncul jendela Pop Up untuk anda menyimpan file TTS anda dalam bentuk html file. File html ini dapat anda buka dengan browser Mozilla Firefox, Internet Explorer, Google Chrome, Opera, dsb. Dari browser inilah anda akan memprint dokumen dan melakukan pengaturan pencetakan dengan mudah.
Contoh TTS yang telah dibuat:
Catatan Tambahan:
- Anda dapat membuat file TTS sebagai file interaktif di komputer anda, dapat digunakan dengan bantuan In Focus untuk menampilkannya di layar saat anda mengajar di kelas (pilih menu Interactive with JavaScript).
- Bila anda menguasai sedikit pengaturan html, maka anda dapat menerbitkan TTS anda di blog pribadi anda.
- Banyak kelebihan lain software gratis EclipseCrossword ini yang belum sempat dituliskan di artikel ini, coba dan eksplorasi sendiri.
Jika bingung bikin TTS bisa pake Jasa : 085252615026, hasilnya dikirim via email
1. Guru/mahasiswa calon guru belum mempunyai pengalaman menulis laporan ptk, sehingga ia tidak tau atau bingung harus menulis apa.
Mereka, dengan keterbatasan pengalaman (katakanlah baru menulis untuk
pertama kali), tentu belum mempunyai rasa percaya diri. Apalagi bila
mereka menemukan bahwa format dan sistematika laporan ptk seringkali
memilikiperbedaan-perbedaan (selingkung). Kepada mereka yang berada
dalam situasi ini, seyogyanya dapat diberikan motivasi untuk membantu
membangun rasa percaya diri pada diri mereka.
Selain itu mereka juga perlu diyakinkan bahwa perbedaan-perbedaan format atau sistematika itu hanyalah bentuk-bentuk variasi saja dari sebuah laporan ptk. Jadi, merekapun sebenarnya bisa menulis laporan ptk sesuai gaya mereka sendiri, yang penting tidak melenceng darikaidah-kaidah penulisan laporan yang baik.
Ketidakberpengalaman guru atau mahasiswa calon guru dalam menulis ptk seringkali tampak dengan jelas pada alur penulisan yang tidak lurus, melenceng, keluar dari jalur, sehingga laporan ptk bahkan kalau dibaca justru membingungkan pembaca. Atau dengan kata singkat: laporan ptk mereka tidak mempunyai benang merah. Biasanya laporan demikian ditulis dengan cara mencomot bagian-bagian tertentu dari beberapa laporan milik orang lain, atau paling tidak mengadaptasi bagian-bagian laporan ptk orang lain tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan apakah bagian itu perlu dan cocok dimasukkan (diadaptasi) untuk laporan ptknya. Untuk mengatasi hal ini, guru atau mahasiswa calon guru tersebut seharusnya mencoba memahami kembali bagaimana struktur sebuah laporan ptk yang baik.
Selain itu mereka juga perlu diyakinkan bahwa perbedaan-perbedaan format atau sistematika itu hanyalah bentuk-bentuk variasi saja dari sebuah laporan ptk. Jadi, merekapun sebenarnya bisa menulis laporan ptk sesuai gaya mereka sendiri, yang penting tidak melenceng darikaidah-kaidah penulisan laporan yang baik.
Ketidakberpengalaman guru atau mahasiswa calon guru dalam menulis ptk seringkali tampak dengan jelas pada alur penulisan yang tidak lurus, melenceng, keluar dari jalur, sehingga laporan ptk bahkan kalau dibaca justru membingungkan pembaca. Atau dengan kata singkat: laporan ptk mereka tidak mempunyai benang merah. Biasanya laporan demikian ditulis dengan cara mencomot bagian-bagian tertentu dari beberapa laporan milik orang lain, atau paling tidak mengadaptasi bagian-bagian laporan ptk orang lain tanpa memperhatikan dan mempertimbangkan apakah bagian itu perlu dan cocok dimasukkan (diadaptasi) untuk laporan ptknya. Untuk mengatasi hal ini, guru atau mahasiswa calon guru tersebut seharusnya mencoba memahami kembali bagaimana struktur sebuah laporan ptk yang baik.
2. Guru/mahasiswa calon guru tidak memiliki kemampuan menuangkan ide-ide yang ada di pikirannya ke dalam bahasa tulisan.
Beberapa guru/ mahasiswa calon guru yang lain sebenarnya sudah memahami
apa-apa yang harus dimasukkan sebagai bagian dari laporan ptk mereka,
akan tetapi ketidakmampuan mereka dalam menuliskan ide yang ada di
pemikiran merekalah yang menjadi penyebab rendahnya mutu laporan ptk
yang ditulisnya. Untuk mengatasi hal ini, maka guru atau mahasiswa calon
guru yang bersangkutan harus lebih banyak berlatih menulis. Ingat,
menulis adalah suatu keterampilan (skill), dan keterampilan apapun
termasuk menulis hanya dapat dikuasai dengan baik apabila sering
dilatih.
Pertanyaan Untuk Dicermati
Saat menulis sebuah laporan ptk, sebaiknya seorang peneliti kembali
mencermati laporannya. Banyak hal yang harus diperhatikan agar laporan
ptk yang dihasilkan memiliki nilai dan kualitas yang bagus. Nah,
Pertanyaan-pertanyaan berikut dapat dijadikan panduan untuk mencermati
laporan ptk yang telah ditulis untuk melihat adakah kelemahan padanya:
- Apakah penelitian dilakukan berdasarkan masalah nyata yang terjadi di dalam kelas?
- Apakah masalah yang diidentifikasidisertai bukti-bukti (data awal) yang jelas atau hanya asumsi saja?
- Apakah penelitian dilakukan di kelas guru itu sendiri?
- Apakah tindakan yang dilakukan logis untuk menyelesaikan masalah?
- Apakah rumusan masalah relevan dengan tujuan penelitian?
- Apakah kajian teoritis (kajian pustaka) yang dicantumkan relevan dengan penelitian yang diangkat?
- Apakah data yang diambil sesuai dengan tujuan penelitian?
- Apakah alat pengambil data (instrumen) telah sesuai dan menjamin kecukupan data yang diperlukan?
- Apakah indikator keberhasilan penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan?
- Apakah langkah-langkah (tindakan) perbaikan dicantumkan dengan jelas?
- Apakah ada penyempurnaan tindakan dari siklus sebelumnya saat melaksanakan siklus-siklus berikutnya?
- Apakah setiap data telah dianalisis dan dibahas dengan baik?
- Apakah simpulan sesuai dengan tujuan penelitian?
- Apakah simpulan terlalu overgeneralized?
Demikian sederet daftar pertanyaan yang dapat diajukan oleh seorang guru atau mahasiswa calon guru saat menulis laporan ptk (penelitian tindakan kelas). Semoga bermanfaat.
Label:
Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
abstrak bermakna : ringkasan inti, ikhtisar, inti (skripsi, laporan,
dsb.). Sedangkan menurut Tesaurus Indonesia, abstrak mempunyai padanan
kata : ijmal, ikhtisar, inti sari, inti, kerangka, kesimpulan, pati,
pokok, rangkuman, resume, ringkasan, rumusan, sari, simpulan, atau
sinopsis. Dengan demikian abstrak dapat pula dimaknai sebagai suatu
ringkasan yang lengkap yang menjelaskan keseluruhan isi laporan ilmiah.
Fungsi Abstrak dalam Laporan PTK
Bagaimana cara menulis abstrak ptk? |
- Menyajikan informasi singkat tentang ptk yang telah anda dilakukan.
- Memberikan kesan pertama setelah pembaca membaca judul (halaman judul) laporan ptk anda.
- Memudahkan pembaca yang sedang mencari informasi tentang sebuah penelitian tindakan kelas, yaitu dengan membaca abstrak mereka hanya membutuhkan waktu yang singkat.
Karaketeristik Abstrak Laporan PTK
Ringkas
Sebuah abstrak ptk harusnya ringkas. Tidak bertele-tele, dan hanya
memuat bagian-bagian esensial dari laporan ptk yang anda buat. Karena
itu salah satu tata cara penulisan abstrak ptk yang harus dipatuhi
adalah jumlah kata pada sebuah abstrak, maksimal 250 kata saja.
Jelas
Seharusnya, dengan membaca abstrak laporan ptk anda pembaca sudah dapat
mempunyai gambaran umum yang menyeluruh tentang penelitian tindakan
kelas yang anda laporkan. Bila seorang pembaca yang selesai membaca
abstrak sebuah laporan ptk masih belum punya gambaran tentang ptk yang
anda lakukan, berarti abstrak yang anda tulis masih kurang jelas.
Berdiri Sendiri
Pada bagian abstrak yang anda tulis, tidak diperkenankan untuk menulis
kalimat seperti: Lihat Lampiran 16, atau seperti ditunjukkan pada
halaman 57, dan sejenisnya. Ini menunjukkan bahwa abstrak ptk yang anda
tulis tidak berdiri sendiri. Sebuah abstrak seharusnya dapat dibaca
dengan tanpa perlu membaca bagian-bagian lainnya darilaporan ptk anda.
Ia adalah sebuah bagian mandiri yang merupakan ringkasan laporan ptk
anda.
Objektif
Abstrak ptk yang anda tulis harus objektif. Ia adalah bagian penting
dari sebuah karya tulis ilmiah. Sebagaimana Laporan aslinya, abstrak ptk
juga harus ditulis objektif tanpa tujuan tertentu sehingga membuat
pembaca mempunyai persepsi keliru tentang hasil penelitian tindakan
kelas yang anda lakukan. Abstrak ptk anda harus ditulis sesuai fakta
yang anda lakukan dan anda peroleh selama atau setelah melakukan
penelitian tindakan kelas, dan bukan menuliskan asumsi atau pendapat
pribadi anda tanpa ada dasar yang tepat.
Bagian-Bagian Abstrak PTK
- Judu llaporan penelitian tindakan kelas (ptk).
- Nama peneliti (penulis), ditulis tanpa gelar akademis ataupun gelar non akademis.
- Tahun penelitian dan jumlah halaman laporan keseluruhan.
- Identitas singkat (seperti NIP, jabatan, dan asal instansi)
- Isi abstrak yang mencakup: (1) tujuan ptk; (2) metode penelitian; (3) hasil penelitian; (4) simpulan.
- Kata kunci (maksimal terdiri dari 5 kata kunci atau frase kunci yang diurutkan secara alfabetis)
Tata Cara Penulisan Abstrak PTK
Jumlah kata
Hitung secara otomatis dengan menggunakan fasilitas Word Count pada aplikasi Microsoft Word pada menu Review > Word Count.
Abstrak hanya memuat maksimal 250 kata. Bila jumlah kata ternyata
berlebih, edit dengan cara membuang kata-kata tertentu yang dapat
dihilangkan, tetapi tidak mengurangi esensi dan makna kalimat dalam
abstrak PTK yang anda buat.
Jarak spasi dan ukuran font
Abstrak selalu ditulis dalam jarak pengetikan 1 spasi. Bila anda
menjumpai contoh abstrak dengan jarak lebih dari 1 spasi, itu adalah
contoh yang salah. Jangan ditiru!
Gunakan huruf standar sebagaimana isi laporan ptk (misalnya Times New Roman dengan ukuran font 12 pt, atau Calibri ukuran 11 pt).
Gunakan huruf standar sebagaimana isi laporan ptk (misalnya Times New Roman dengan ukuran font 12 pt, atau Calibri ukuran 11 pt).
Berbentuk 1 paragraf yang rata kanan dan kiri (justify)
Pada beberapa institusi tertentu, abstrak laporan ptk acapkali diminta
dalam bentuk 1 paragraf utuh. Jika tidak disertakan petunjuk bagaimana
format abstrak ptk untuk laporan anda, tulislah dengan sebuah paragraf
saja. Perhatikan pula, bahwa paragraf abstrak anda harus rata baik pada
bagian kiri maupun bagian kanan (justify).
Ditulis sebelum Kata Pengantar, persis setelah Halaman Judul.
Letakkan abstrak ptk anda, yang mestinya hanya terdiri dari satu halaman
tepat setelah Halaman Judul, sebelum Kata Pengantar. Jangan
meletakkannya pada urutan yang salah. Abstrak ptk diletakkan demikian
supaya pembaca laporan ptk anda segera menemukannya dengan mudah setelah
membaca judul penelitian tindakan kelas anda pada halaman sampul.
Contoh Abstrak PTK
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN UNTUK SISWA KELAS VIIIB SMPN NEGERI 4 AMUNTAI MELALUI STRATEGI MEMORY CYCLE
(Tahun 2011, 239 halaman)
Suhadi
Guru IPA SMP Negeri 4 Amuntai
Kabupaten Hulu Sungai Utara Propinsi Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas secara umum bertujuan penelitian adalah untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran untuk peserta didik Kelas VIIIB SMPN 4
Amuntai. Secara khusus bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan aktivitas
peserta didik; (2) Mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran oleh guru;
dan (3) Mengetahui hasil belajar peserta didik yang mengacu pada
strategi memory cycle pada Kelas VIIIB SMPN 4 Amuntai semester ganjil
tahun pelajaran 2011/2012 untuk materi Bahan Kimia dalam Kehidupan
Sehar-hari. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, di mana
masing-masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi. Siklus I terdiri dari dua pertemuan (dua kali
tatap muka), demikian pula halnya dengan Siklus II. Data aktivitas
peserta didik digali dengan Lembar Pengamatan Aktivitas Peserta Didik,
data Pengelolaan Pembelajaran oleh Guru digali dengan Lembar Pengamatan
Pengelolaan Pembelajaran, sedangkan data hasil belajar peserta didik
digali dengan Tes Hasil Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
Aktivitas peserta didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun
pembelajaran 2011/2012 pada pembelajaran yang mengacu kepada strategi
memory cycle pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari di
siklus I maupun siklus 2 penelitian tindakan kelas ini berada pada
kategori BAIK; (2) Pengelolaan pembelajaran oleh guru di kelas VIIIB SMP
Negeri 4 Amuntai yang tahun pembelajaran 2011/2012 yang telah dilakukan
guru pada materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari dengan
strategi memory cycle di siklus 1 maupun siklus 2 penelitian tindakan
kelas ini juga berada pada kategori BAIK; dan (3) Hasil belajar peserta
didik kelas VIIIB SMP Negeri 4 Amuntai tahun pembelajaran 2011/2012 pada
materi Bahan Kimia Dalam Kehidupan Sehari-hari mengalami peningkatan
dibanding tahun pelajaran 2010/2011 setelah menggunakan strategi memory
cycle.
Kata Kunci : bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari, kualitas pembelajaran, penelitian tindakan kelas, strategi memory cycle
|
Catatan: Sebenarnya tata cara penulisan di atas juga dapat diberlakukan untuk abstrak skripsi,tesis, atau jurnal penelitian lainnya.
Label:
Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-Langkah Menulis PTK
Tulisan kali ini sebenarnya lebih bersifat umum (general) tentang
bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan seorang guru atau
mahasiswa calon guru untuk menulis sebuah laporan penelitian tindakan
kelas. Berikut langkah-langkah yang dimaksud:
Pengembangan Gagasan
Sebagaimana tulisan lain, proposal atau laporan ptk (penelitian tindakan
kelas) juga ditulis berdasarkan adanya gagasan (ide). Gagasan atau ide
tentang ptk atau penelitian tindakan kelas dapat diperoleh oleh seorang
guru atau mahasiswa calon guru ketika membaca suatu literatur dan
mengkoneksikan dengan permasalahan yang terjadi di dalam kelasnya. Atau
sebaliknya, ketika merasa ada suatu masalah dalam pembelajaran di
kelasnya, seorang guru akan mencoba mencari tahu lewat
referensi-referensi tertentu tentang bagaimana kemungkinan yang dapat
diambil untuk memecahkan masalah tersebut. Nah, dari adanya masalah dan
strategi pemecahan masalah yang mungkin dipilih inilah gagasan penulisan
proposal atau leporan penelitian tindakan kelas (ptk) dapat
dikembangkan.
Merencanakan Naskah
Naskah proposal atau laporan ptk perlu direncanakan terkait untuk tujuan
apa ditulis, bila kita melakukan sebuah penelitian tindakan kelas untuk
mengikuti suatu lomba, maka perlu direncanakan naskah yang ditulis
harus sesuai dengan format-format tertentu yang biasanya diminta oleh
penyelenggara. Jika kita menulis ptk hanya untuk memperoleh angka kredit
kenaikan pangkat, maka format penulisan mungkin dapat sedikit lebih
bebas, tetapi tetap dalam koridor tulisan ilmiah bentuk laporan. Kita
juga dapat merencanakan sedari awal, berapa halaman yang akan kita
tulis, dan lampiran-lampiran apa saja yang nantinya perlu kita siapkan
untuk dimasukkan sebagai bahan proposal atau laporan ptk tersebut.
Mengembangkan paragraf dan penulisan draft
Setelah naskah direncanakan dengan baik hingga ke bab-bab dan
subbab-subbab apa yang akan kita tulis, maka langkah selanjutnya adalah
menulisan pokok-pokok pikiran dari setiap bagian itu sehingga proposal
atau laporan ptk kita secara menyeluruh mempunyai kerangka yang utuh dan
sinambung. Pokok-pokok pikiran dari setiap bagian bab dan subbab
selanjutnya perlu dikembangkan sehingga terbentuk paragraf-paragraf yang
saling anyam membentuk kesatuan utuh, tidak kontradiktif antara satu
bagian dengan bagian lainnya. Dan tentu saja tetap bersifat ilmiah, yang
dapat terlihat dari pemilihan kata-kata atau literatur yang digunakan
saat pengembangan paragraf-paragraf dari setiap bagian proposal atau
laporan ptk itu.
Meminta masukan teman sejawat
Draft yang telah kita kembangkan berdasarkan pokok-pokok pikiran yang
menjelma menjadi paragraf-paragraf tadi selanjutnya perlu dibaca oleh
orang lain. Orang yang paling tepat untuk membaca adalah teman sejawat
anda, atau ahli di bidang penelitian tindakan kelas, atau praktisi
pendidikan. Meminta masukan dari mereka sangat penting untuk mengecek
adakah anda berbeda pendapat dengan mereka? kenapa ada perbedaan
pendapat? Apakah ada hal-hal penting lain pada aspek-aspek tertentu di
penelitian anda yang belum terpikirkan sama sekali oleh anda dan penting
untuk dimasukkan sebagai elemen tulisan anda? Atau bahkah anda
memerlukan kritikan dari mereka.
Memperbaiki draft
Setelah mempertimbangkan saran-saran dari orang lain yang telah membaca
proposal atau laporan penelitian tindakan kelas anda, maka langkah
berikutnya adalah memperbaiki draft awal tersebut sehingga akan lebih
menyempurnakannya. Tidak ada tulisan (dalam bentuk apapun termasuk karya
ilmiah berupa ptk) yang sekali tulis langsung jadi. Semuanya memerlukan
revisi, revisi, dan revisi.
Sentuhan akhir
Setelah tulisan berupa laporan atau proposal penelitian tindakan kelas
anda ditulis dengan lengkap, dengan memerhatikan masukan-masukan dari
orang-orang yang telah anda pilih, maka langkah terakhir adalah sentuhan
akhir. Pada langkah terakhir ini, anda perlu menuliskan halaman-halaman
tambahan yang perlu dan harus dimasukkan ke dala tulisan anda, misalnya
kata pengantar, halaman persembahan, dan halaman-halaman lain yang
mungkin ingin anda sisipkan. Selain itu, sekali lagi anda harus mengecek
tata penulisan agar sesuai dengan eyd (ejaan yang disempurnakan),
karena proposal atau laporan ptk yang anda buat adalah tulisan ilmiah
yang harus menggunakan bahasa baku dan tata penulisan yang baik dan
benar.
Label:
Penelitian Tindakan Kelas
Pada sebuah proposal atau laporan PTK kita dapat memasukkan subbab
Kerangka Berpikir. Biasanya subbab ini diletakkan pada bagian akhir bab
II (Kajian Teori / Tinjauan Pustaka). Pertanyaannya sekarang: Bagaimana
cara menyusun / menuliskannya pada proposal PTK atau laporan PTK anda?
Kerangka berpikir adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan dari awal , proses pelaksanaan, hingga akhir. Kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk kalimat-kalimat atau digambarkan sebagai sebuah diagram. Berikut ini akan disampaikan langkah-langkah praktis bagaimana menulis Kerangka Berpikir pada sebuah proposal atau laporan penelitian tindakan kelas (PTK). Mari disimak.
Cara Menulis Kerangka Berpikir dalam bentuk Rumusan Kalimat-Kalimat
- Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), secara singkat.
- Rumuskan tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
- Rumuskan hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
- Susun ketiga komponen di atas dalam sebuah paragraf yang padu.
Perhatikan contoh berikut:
Berdasarkan pengamatan di kelas, pembelajaran PKn terasa monoton,
menggunakan metode pembelajaran konvesional, sedangkan prestasi belajar
PKn juga rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan
dapat memecahkan masalah ini. Caranya adalah dengan melatih guru PKn,
kemudian mengaplikasikannya secara kolaboratif dengan peneliti.
Hasilnya, diharapkan proses pembelajaran di kelas tidak lagi monoton dan
menggunakan metode pembelajaran konvensional, serta prestasi belajar
PKn siswa juga akan meningkat.
Cara Menulis Kerangka Berpikir dalam Bentuk Diagram
- Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), dalam bentuk poin-poin penting dengan singkat.
- Rumuskan poin-poin penting tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
- Rumuskan poin-poin hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
- Rancang sebuah diagram yang memuat poin-poin tersebut dengan alur yang rasional dan jelas.
Perhatikan contoh berikut:
Contoh Diagram Kerangka Berpikir pada Sebuah Proposal atau Laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) |
Catatan:
Penelitian tindakan kelas ini adalah PTK kolaboratif antara seorang peneliti dengan guru PKn
Contoh ini diadaptasi dari buku Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Sukidin, Basrowi, Suranto) yang diterbitkan oleh Insan Cendekia pada tahun 2008.
Demikian tulisan terbaru blog penelitian tindakan kelas tentang Cara Menulis Kerangka Berpikir pada Proposal atau laporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Semoga bermanfaat. Salam.
Label:
Penelitian Tindakan Kelas
10 Fungsi Media Pembelajaran
Beberapa fungsi media pembelajaran adalah : (1) Pemusat perhatian siswa;
(2) Menggugah emosi siswa; (3) Membantu siswa memahami materi
pembelajaran; (4) Membantu siswa mengorganisasikan informasi; (5)
Membangkitkan motivasi belajar siswa; (6) Membuat pembelajaran menjadi
lebih konkret; (7) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra;
(8) Mengaktifkan pembelajaran; (9) Mengurangi kemungkinan pembelajaran
yang melulu berpusat pada guru; dan (10) Mengaktifkan respon siswa.
10 fungsi media pembelajaran |
Uraian dari setiap fungsi media pembelajaran di atas adalah sebagai berikut:
Pemusat perhatian siswa
Media pembelajaran dapat berfungsi dengan baik sebagai pemusat perhatian
siswa. Apalagi jika media pembelajaran itu bersifat menarik. Guru IPS
dapat menarik perhatian siswa misal dengan hanya menempel peta di papan
tulis saat akan memulai pembelajaran. Siswa akan selalu terpusat
perhatiannya kepada hal-hal baru yang ditunjukkan atau dibawa oleh guru
ke dalam ruang kelas. Jadi jangan ragu untuk selalu menggunakan media
pembelajaran.
Menggugah emosi siswa
Emosi siswa terhadap suatu hal (dalam hal ini materi pembelajaran) dapat
dengan mudah digugah dengan menggunakan media pembelajaran. Misalnya
saja, mereka dapat dengan cepat bersimpati dengan orang yang memiliki
kekurangan fisik dengan hanya menonton video singkat tentang seorang
cacat yang harus dapat melakukan beragam kegiatan sehar-hari secara
mandiri. Dengan media pembelajaran serupa kita dapat membuat siswa
mencintai lingkungan dan peduli dengan kelestarian alam sekitar.
Membantu siswa memahami materi pembelajaran
Jika guru ingin menggunakan media pembelajaran dan berhasil efektif,
maka guru harus memilih media pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Media pembelajaran yang sesuai akan membantu siswa
memahami materi pembelajaran yang sedang dibelajarkan.
Membantu siswamengorganisasikan informasi
Berbagai media pembelajaran seperti tampilan power point yang dirancang
dengan sungguh-sungguh, menyajikan grafik atau bagan-bagan, atau
diagram, dapat membantu siswa mengorganisasikan materi pembelajaran
dengan lebih mudah. Guru dapat menyajikannya dengan menambahkan pula
simbol-simbol khusus sehingga memperkuat retensi (daya ingat) siswa.
Membangkitkan motivasi belajar siswa
Guru yang menggunakan media pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar
di kelas dapat membuat suasana kelas lebih hidup. Salah satu
penyebabnya adalah karena media pembelajaran mempunyai fungsi penting
yaitu sebagai pembangkit motivasi belajar. Siswa akan termotivasi untuk
belajar bila guru mengajar di kelas mereka dengan menggunakan beragam
media pembelajaran yang sesuai.
Membuat pembelajaran menjadi lebih kongkret
Banyak konsep-konsep abstrak yang harus dipelajari oleh siswa kita di
kelas. Cara termudah untuk menyajikan sesuatu yang abstrak adalah dengan
membantu mereka mengkongkretkannya melalui media pembelajaran.
Pembelajaran yang abstrak sukar untuk ditangkap, berbalikan dengan
pembelajaran yang lebih kongkret.
Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra
Banyak peristiwa, konsep, atau objek yang harus dipelajari oleh siswa
tetapi untuk menyajikannya secara langsung tidaklah mudah (bisa).
Misalnya saja, jika guru ingin membawa siswa kepada masa-masa perang
dunia ke-2 berkecamuk, maka guru dapat menyajikannya dengan media
pembelajaran. Banyak video-video dokumentasi tentang perang dunia ke-2
ini tersedia di internet. Dengan menampilkannya di kelas pada saat
pembelajaran, keterbatasan ruang dan waktu dapat diatasi. Pun jika
misalnya guru ingin menyampaikan bagaimana bentuk seekor amuba yang
sedang mengambil makanan, tentu hanya dengan menggunakan media
pembelajaranlah tujuan ini dapat dicapai.
Mengaktifkan pembelajaran
Dijamin, penggunaan media pembelajaran akan mengaktifkan pembelajaran di
kelas. Apalagi media pembelajaran yang dipilih dapat mengaakomodasi
banyak siswa dan memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengannya.
Pembelajaran yang aktif terbentuk ketika siswa-siswa dapat berinteraksi
tidak hanya dengan guru atau dengan siswa lainnya, tetapi juga dengan
media pembelajaran.
Mengurangi kemungkinan pembelajaran yang melulu berpusat pada guru
Banyak guru seringkali terbawa suasana mengajar yang berpusat pada
guru.Ini bukan berarti pembelajaran berpusat pada guru tidak baik. Akan
tetapi pembelajaran, apabila melulu dilaksanakan dalam setting berpusat
pada guru akan mengakibatkan kebosanan pada diri siswa. Media
pembelajaran yang digunakan guru pada saat mengajar dapat mencegah guru
untuk selalu terbawa pada kemungkinan ini, apalagi guru dengan cermat
memilih media pembelajaran yang memungkinkan orientasi pembelajaran yang
berpusat pada siswa.
Mengaktifkan respon siswa
Banyak siswa malas merespon pembelajaran yang diberikan oleh guru karena
guru monoton dan pembelajaran selalu begitu-begitu saja. Pembelajaran
yang memanfaatkan media pembelajaran yang bervariasi dan sesuai tujuan
pembelajaran dapat mengatasi hal ini. Siswa akan memberikan respon
positif terhadap / selama proses belajar mengajar berlangsung.
model perencanaan dan penggunaan media pembelajaran ASSURE menurut Heinich |
Model ASSURE oleh Heninich, dkk (1982)
Pada bukunya yang bertajuk Instructional Media and The New Technologies of Instruction
yang diterbitkan pada tahun 1982 oleh John Wiley & Sons, New York,
R. Heinich, M. Molenda dan J.D. Russel mengajukan sebuah model
perencanaan dan penggunaan media pembelajaran agar efektif
kemanfaataannya. Model yang mereka ajukan dikenal dengan Model ASSURE yang merupakan akronim dari (Analyze, State, Select, Utilize, Response, dan Evaluate).
Tahapan-Tahapan Perencanaan dan Penggunaan Media Pembelajaran
Fase 1 : Analyze (Analisis)
Tahapan pertama pada saat merancang penggunaan sebuah media pembelajaran
adalah melakukan analisis karakteristik siswa. Guru dapat melakukan
analisis berupa: (1) tingkatan (kelas);apakah mereka anak TK, SD, SMP,
atau SMA? (2) jenis kelamin; (3) latar belakang sosial, budaya, etnis,
hingga taraf ekonomi; (4) pengetahuan (ranah kognitif), keterampilan
(ranah psikomotor) serta sikap (ranah afektif) yang telah mereka miliki.
Fase 2 : State (Menyatakan)
Tahapan kedua dalam perencanaan penggunaan media pembelajaran adalah
menyatakan atau menentukan tujuan pembelajaran apa yang ingin dicapai.
Pengetahuan apa yang diharapkan guru akan didapatkan siswa setelah
pembelajaran? Keterampilan apa yang harus mereka latihkan dan kuasai?
Serta, sikap apa yang akan diubah setelah mengikuti kegiatan belajar
mengajar? Dengan menyatakan atau menentukan tujuan pembelajaran, maka
akan mempermudah guru untuk menentukan apakah sebuah media pembelajaran
efektif digunakan, bahkan hingga ke urutan-urutan pelaksanaan
(penyajian) pembelajaran yang bagaimana yang seharusnya guru lakukan di
kelas ketika menggunakan media tersebut.
Fase 3 : Select (Memilih)
Kata select di sini sebenarnya bisa bermakna luas, tidak hanya bermakna
memilih. Guru dapat melakukan tahapan ketiga dengan memilih media
pembelajaran apa yang paling cocok dan sekiranya efektif untuk digunakan
di kelas. Ini bila tersedia media pembelajaran yang memadai. Bila tidak
maka pada tahap ini guru dapat memodifikasi, merancang, hingga
mengembangkan sendiri media pembelajaran yang sesuai. Tentu saja lebih
mudah bila guru menggunakan media pembelajaran yang sudah tersedia di
sekolah. Hal ini dapat membantu guru menghemat waktu, pikiran, biaya dan
tenaga sehingga dapat dimanfaatkan untuk hal-hal lain. Akan tetapi bila
media yang cocok tidak tersedia maka guru dapat memodifikasi media
pembelajaran lain yang ada hingga dapat memenuhi harapan yang
diinginkan. Bila tidak tersedia sama sekali, maka guru harus merancang
dan mengembangkan sendiri media pembelajaran tersebut.
Fase 4 : Utilyze (Menggunakan)
Tahapan ke-empat adalah menggunakan media pembelajaran yang telah
dipilih tersebut pada saat pembelajaran berlangsung. Sebelum menggunakan
media pembelajaran itu, tentu saja guru harus telah memahami betul
tentangnya, baik terkait cara menggunakannya, strategi yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan,
bahkan hingga detil-detil seperti berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk pemanfaatannya dan bagaimana nantinya bentuk interaksi siswa
dengan media itu. Peralatan atau bahan-bahan penunjang lain yang
dibutuhkan selama penggunaan media pembelajaran tersebut juga perlu
diperhatikan, misalnya listrik, layar (screen), sound system
(tata suara) dan sebagainya. Latihan barangkali juga diperlukan sebelum
guru benar-benar siap tampil di kelas menggunakan media pembelajaran
tertentu.
Fase 5 : Response (Respon)
Tahapan kelima perencanaan dan penggunaan media menurut Heinich dan
kawan-kawan ini adalah meminta respon (tanggapan) dari siswa tentang
media pembelajaran yang telah digunakan selama kegiatan pembelajaran di
kelas mereka. Guru misalnya dapat meminta umpan balik bagaimana mereka
belajar menggunakan media tersebut. Apakah mereka menjadi lebih mudah
mempelajari materi ajar atau keterampilan?
Fase 6 : Evaluate (Evaluasi)
Setiap pembelajaran selalu harus dievaluasi, termasuk pembelajaran yang
menggunakan media tertentu. Bagaimana pencapaian tujuan pembelajaran
kognitif, psikomotor dan afektif siswa? Apakah penggunaan media dapat
membantu siswa mencapainya?
Berikut ini beberapa prinsip yang harus diperhatikan saat guru memilih media untuk pembelajaran yang akan dilaksanakannya:
Efektivitas Media Pembelajaran
Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya
dalam membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan disajikan.
Guru harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan
digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari, bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa. Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa.
Taraf Berpikir Siswa
Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir
siswa. Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai
media pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian
pula media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan
akan lebih sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana.
Contoh media pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam
tubuh manusia haruslah tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP
dan SMA. Media pembelajaran yang sering digunakan untuk materi ini
misalnya torso (model 3 dimensi) atau gambar. Walaupun sama-sama
menggunakan gambar atau torso, tetapi tingkat kerumitan (kompleksitas)
gambar dan torso harus dibedakan. Media pembelajaran di SD tentunya
tidak boleh serinci media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang diharapkan.
Interaktivitas Media Pembelajaran
Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam
pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan
siswa dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin interaktif
media, makin bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong siswa
untukterlibat aktif dalam belajar.. Misalnya, saat mengajar materi
tentang operasi hitung bilangan bulat, contoh media dalam pembelajaran
di SD yang dapat digunakan adalah video tentang bagaimana cara melakukan
operasi hitung bilangan bulat atau guru dapat juga menggunakan media
pembelajaran multimedia interaktif pembelajaran mandiri tentang operasi
hitung bilangan bulat. Bila siswa diberikan tontonan video, tentunya
interaksi yang terjadi antara siswa dengan media pembelajaran hanya satu
arah saja: dari media ke siswa. Sedangkan bila menggunakan media
pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang dioperasikan pada
sebuah komputer, maka interaksi siswa dengan media tentu lebih tinggi.
Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah media
pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif.
Ketersediaan Media Pembelajaran
Guru boleh saja berangan-angan menggunakan media pembelajaran yang
sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi
pelajaran, dan interaktivitasnya tinggi. Tetapi jika media yang
sedemikian tidak tersedia, tentu juga sia-sia. Media yang dipilih saat
merancang pembelajaran secara logis sudah tersedia di sekolah, atau
paling tidak bila tidak dimiliki masih dapat diperoleh dengan mudah,
misalnya dengan meminjam atau membuat sendiri. Jumlah media yang akan
digunakan juga harus diperhitungkan dengan jumlah siswa di kelas. Bila
media pembelajaran digunakan bukan secara klasikal, tetapi secara
berkelompok atau individual, maka jumlah media pembelajaran yang
tersedia harus mencukupi.
Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran
Penting sekali bagi guru untuk memperhatikan prinsip pemilihan media
yang satu ini: minat siswa.Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh
pada minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan
minat siswa jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media
pembelajaran lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media pembelajaran di SD
yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata sifat, kata
benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu berukuran 10 x 8
cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus diidentifikasi
siswa apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat tentu
kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi
memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang
familiar dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut
dengan warna-warna yang semarak.
Kartu mana yang lebih menarik buat siswa? |
Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran
Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis
komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki
keterbatasan dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran yang
dipilih harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala
kemampuan guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja
diatasi apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar
menggunakan media pembelajaran tersebut.
Alokasi Waktu
Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru
selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena
itu, penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi
pelajaran, dan berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus
dikesampingkan bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting.
Akan tetapi ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan
berbagai cara berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.
Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran
Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas.
Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar
mengajar di kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media
pembelajaran itu dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila
dapat digunakan dalam berbagai situasi. Kadangkala, saat proses
pembelajaran berlangsung terjadi perubahan situasi yang berakibat tidak
dapat digunakannya suatu media pembelajaran. Contoh media pembelajaran
yang menggunakan sumber energi untuk pengoperasiannya kadangkala justru
dapat menghambat kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung bila
aliran listrik mati.
Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran
Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih media
pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam
penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi
mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang
kurang aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam
(mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif.
Kualitas Teknis Media Pembelajaran
Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik.
Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media.
Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas
produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media
pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka
sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik,
misal dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna,
ketelitian alat, dan sebagainya.
Demikian tulisan tentang prinsip-prinsip memilih media dalam pembelajaran, semoga dapat bermanfaat untuk anda.
Media Gambar untuk Pembelajaran
Gambar termasuk media pembelajaran berbasis visual. Telah diketahui
bahwa media berbasis visual seperti gambar dapat memudahkan pemahaman
terhadap suatu materi pelajaran yang rumit atau kompleks. Media gambar dapat menyuguhkan elaborasi yang menarik tentang struktur atau organisasi suatu hal, sehingga juga memperkuat ingatan. Media gambar
dapat menumbuhkan minat siswa dan memperjelas hubungan antara isi
materi pembelajaran dengan dunia nyata. Untuk memperoleh kemanfaatan
yang sebesar-besarnya dalam penggunaan media gambar dalam pembelajaran
ini, maka ia haruslah dirancang dengan sebaik-baiknya.
Jenis-Jenis Media Gambar dalam Pembelajaran
Media pembelajaran gambar dapat disajikan dalam bentuk : (1) Poster; (2)
Kartun; (3) Komik; (4) Gambar Fotografi; (5) Slide; (6) Bagan;dan (7)
Diagram.
Poster
Poster adalah media pembelajaran berbentuk ilustrasi gambar yang
disederhanakan, dibuat dengan ukuran besar, bertujuan menarik perhatian,
dan isi atau kandungannya berupa bujukan, memotivasi, atau mengingatkan
suatu gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu. Gagasan tadi
disampaikan dengan kata-kata singkat namun padat dan jelas.
Contoh Poster (sumber: ilmugrafis.com) |
Kartun
Kartun merupakan sebuah media unik untuk mengemukakan gagasan. Kartun
dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat dipakai untuk
memotivasi siswa dan memberikan ilustrasi secara komunikatif.Kartun
dibuat dalam bentuk lukisan atau karikatur.
Contoh kartun |
Komik
Komik adalah media pembelajaran berbentuk gambar selain kartun yang juga
bersifat unik.Bedanya, pada komik terdapat karakter yang memerankan
suatu cerita dalam urutan (rangkaian seri).Komik memiliki keunggulan
tersendiri sebagai media pembelajaran dalam bentuk gambar, karena komik
sangat akrab dengan keseharian siswa.
Contoh komik |
Gambar Fotografi
Gambar fotografi merupakan media pembelajaran yang sangat mudah dibuat
pada era digital sekarang ini. Berbagai macam gadget yang ada di sekitar
kita biasanya dilengkapi dengan fitur kamera yang memungkinkan kita
membuat gambar fotografi.Gambar fotografi karena langsung berisi foto
nyata objek atau situasi atau peristiwa, maka ia merupakan media
pembelajaran gambar yang sangat realistik (konkret).
Contoh gambar fotografi |
Bagan
Bagan adalah kombinasi media grafis dan foto yang dirancang untuk
memvisualisasikan suatu fakta pokok atau gagasan dengan cara yang logis
dan teratur.Fungsi utama bagan sebagai media gambar adalah untuk
memperlihatkan hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan,
proses, klasifikasi, dan organisasi.
Perhatikan contoh media gambar berbentuk bagan berikut:Contoh bagan |
Diagram
Diagram adalah gambar yang digunakan untuk
media pembelajaran dalam bentuk gambaran sederhana yang dibuat dengan
tujuan memperlihatkan bagian-bagian, atau hubungan timbal balik,
biasanya dengan menggunakan garus-garis dan keterangan bagian atau
hubungan yang ingin ditunjukkan.
Gambar diagram |
Grafik
Grafik adalah media gambar untuk tujuan penyajian data berupa
angka-angka. Grafik memberikan informasi inti suatu data, berupa
hubungan antar bagian-bagian data. Adabermacam-macam bentuk media gambar
grafik yang dapat disajikan sebagai media pembelajaran kepada siswa,
misalnya grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik
bergambar. Setiap jenis grafik mempunyai kekhususan dalam hal jenis data
yang ditampilkan.
Contoh grafik |
Media pembelajaran berbasis teks cetak (print out) adalah
berbagai media penyampai pesan pembelajaran di mana padanya terkandung
teks (bacaan) dan ilustrasi-ilustrasi pendukungnya. Berbagai bentuk
media pembelajaran jenis ini contohnya: buku teks pembelajaran, majalah,
buku kerja, LKS, guntingan koran; majalah, leaflet, brosur, dan
sebagainya.
Penelitian dan karakteristik media pembelajaran berbasis cetak yang baik
Berbagai penelitian telah dilakukan tentang penggunaan media
pembelajaran berbasis teks cetak (print out) ini meliputi penggunaannya
dalam kaitan dengan desain yang material yang digunakan, tampilan fisik
(warna, bentuk, dsb), hingga rancangan konten yang ada di dalamnya.
Berdasarkan berbagai penelitian-penelitian tersebut telah ditentukan
karakteristik media pembelajaran berbasis cetak (print out) yang baik meliputi:
- Pengorganisasian, meliputi struktur dan format dengan pengurutan tertentu dan memiliki kejelasan (clarity).
- Isyarat dan petunjuk, meliputi struktur dan format media pembelajaran yang harus dapat membantu pembaca (dalam hal ini siswa) untuk mengantisipasi konten yang dimuat di dalamnya sehingga dengan cepat dapat menemukan informasi yang diperlukan.
- Keterbacaan, di mana konten ditulis dengan cermat sehingga sesuai dengan tingkat umur, pengetahuan, dan tahapan perkembangan siswa.
- Kecepatan/pace, yaitu jumlah konten yang dihadirkan atau dipresentasikan dalam sebuah media pembelajaran berbasis cetak/teks/print out sehingga memungkinkan siswa terfasilitasi dalam memahami dan menyerap informasi yang diberikan.
- Ketepatan, di mana konten yang disajikan benar dan akurat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Pengembangan media berbasis cetak dan keberagaman siswa
Dalam pengembangan media pembelajaran berbasis cetak/print out dalam
bentuk teks dan ilustrasi ini perlu diperhatikan keberagaman siswa, di
mana siswa mungkin saja memiliki perbedaan dalam kemampuan berbahasa,
sehingga media pembelajaran yang dibuat akan bersifat lebih user friendly
(mudah digunakan dan dipahami siswa). Penggunaan struktur tertentu,
menambahkan berbagai kegiatan (aktivitas belajar), ilustrasi, gambar,
foto, peta konsep, kuis, permainan, atau grafik organiser, akan
mengakomodasi perbedaan gaya belajar yang mungkin ada sehingga siswa
lebih dapat mengikuti pembelajaran dengan media ini secara lebih baik.
"Pegangan guru"
Untuk membantu dan mempermudah guru, seringkali media pembelajaran berbasis cetak (print out)
ini dilengkapi dengan bahan lain dalam bentuk “ pegangan guru” yang
tentu saja bersesuaian dengan berbagai komponen dalam media pembelajaran
yang diberikan kepada siswa. Pada “pegangan guru” seringkali dilengkapi
dengan alternatif kegiatan (aktivitas pembelajaran) untuk siswa,
teknik-teknik bertanya dan memancing keterlibatan siswa dalam
pembelajaran, contoh-contoh lain selain yang telah disediakan untuk
siswa, hingga kunci jawaban pertanyaan dari bahan (media) yang diberikan
kepada siswa.
Lembar Observasi PTK Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing
Sintaks Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery)
Seperti contoh yang lalu, sebelumnya kita harus memiliki informasi
tentang hal-hal apa yang harus dilakukan oleh guru selama melaksanakan
pembelajaran penemuan terbimbing. Berikut beberapa informasi yang
mungkin dapat kita peroleh dari berbagai literatur menegenai sintaks
pembelajaran penemuan terbimbing:
Tahap 1. Pendahuluan (Orientasi siswa pada masalah).
Pada tahap ini guru memotivasi siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran,
dan menggali pengetahuan awal siswa (melakukan apersepsi).
Tahap 2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Pada tahap kedua ini guru harus mengajukan suatu permasalahan, dan
menjelaskan langkah-langkah kegiatan penyelidikan/pengamatan atau
diskusi.
Tahap 3. Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau kelompok bersama.
Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan
penyelidikan dan diskusi untuk memperoleh informasi yang diperlukan.
Tahap 4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kegiatan.
Di tahapan yang keempat pada sintaks pembelajaran penemuan terbimbing
ini guru membimbing siswa untuk mempresentasikan hasil
penyelidikan/pengamatan dan diskusi mereka hingga merumuskan simpulan.
Tahap 5. Penutup (Mengevaluasi kegiatan penyelidikan/pengamatan dan membuat rangkuman).
Pada tahap kelima ini guru mengevaluasi kegiatan
penyelidikan/pengamatan, membimbing siswa membuat rangkuman dan
memberikan tugas mandiri.
Lembar Observasi
Nah, dari kajian tentang sintaks pembelajaran dengan penemuan terbimbing itu kita dapat membuat Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Penemuan Terbimbing, caranya dengan menjadikan langkah-langkah tersebut, beserta sub-sub langkah menjadi aspek-aspek yang diamati/diobservasi. Hasil akhirnya..... Lembar Observasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Penemuan Terbimbing akan menjadi seperti gambar ini.
Contoh Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) |
Untuk lebih jelasnya, anda dapat mendownload Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran Penemuan Terbimbing ini dengan mengklik link yang disediakan. Selain itu kami tambahkan pula Contoh Lembar Observasi Aktivitas Siswa pada Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Semoga tulisan kali ini dapat bermanfaat bagi anda yang sedang melakukan penelitian tindakan kelas (ptk) tentang pembelajaran penemuan terbimbing.
Label:
Penelitian Tindakan Kelas
Langganan:
Postingan (Atom)